KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) optimistis segmen bisnis penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan bahan kimia akan tumbuh tahun ini. Salah satu pendorongnya adalah banyaknya pabrik pengolahan (
smelter) yang berproduksi sebagai buah dari kesuksesan program hilirisasi mineral yang digelar pemerintah. Di sisi lain, permintaan BBM dan kimia juga didorong oleh geliat sektor pertambangan. “Segmen BBM juga tetap akan tumbuh melihat pertambangan mineral seperti emas, tembaga, nikel, bauksit, juga meningkat. Ini meningkatkan permintaan terhadap BBM,” terang Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo dalam paparan kinerja yang digelar Samuel Sekuritas Indonesia, Selasa (22/3). Produksi batubara di Indonesia diperkirakan semakin meningkat seiring isu geopolitik antara Ukraina dan Rusia yang mendorong harga dan volume produksi. Terlebih, harga
crude palm oil (CPO) di pasar domestik dan internasional juga mendorong peningkatan konsumsi energi dan berbagai bahan kimia.
Baca Juga: Naik 20%, AKR Corporindo (AKRA) Cetak Laba Rp 1,1 Triliun Sepanjang Tahun Lalu Sebagai gambaran, tahun lalu bisnis kimia dan BBM milik AKRA tumbuh moncer. Di kuartal keempat saja, segmen kimia mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,61 triliun, naik 39,27% dari pendapatan di kuartal ketiga 2021 sebesar Rp 1,16 triliun. Pun demikian dengan segmen BBM yang mencatatkan pendapatan senilai Rp 6,34 triliun pada kuartal keempat atau naik 27,89% dari pendapatan di kuartal ketiga 2021 sebesar Rp 4,96 triliun. Direktur AKR Corporindo Suresh Vembu mengatakan, pertumbuhan bisnis BBM dan kimia seiring dengan kenaikan volume penjualan. Tahun lalu, volume penjualan bahan kimia naik 22% sementara realisasi volume distribusi BBM naik 7%. “Ekspektasi pertumbuhan yakni
doble digit untuk kimia dan
high single digit untuk BBM tahun ini,” terang Suresh.
Baca Juga: Anak Usaha AKR Corporindo (AKRA) Tandatangani PJBTL dengan PLN Sebesar 170 MV Bisnis BBM AKRA juga minim terdampak volatilitas harga minyak. Haryanto mencontohkan, pada 2020 misalnya saat harga minyak terus menurun bahkan menyentuh level minus, laba bersih AKRA tetap naik seiring naiknya volume penjualan. Pun saat harga minyak mulai naik di 2021, permintaan daripada BBM juga naik, sehingga laba AKRA juga meningkat. Ini menunjukkan bisnis model AKRA bisa meminimalkan risiko volatilitas. Dimana selama 17 tahun berbisnis BBM, volatilitas harga minyak tidak mempengaruhi pertumbuhan profit AKRA. “Bisnis model kami imun terhadap harga minyak dan kimia, dan kami sangat disiplin dalam menerapkan formula,” tegas Haryanto.
Sebagai gambaran, emiten penyalur bahan bakar minyak (BBM) ini mencetak laba bersih Rp 1,1 triliun sepanjang 2021. Angka ini naik 20,23% dari realisasi laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 924,91 miliar. Kenaikan laba bersih ini dibarengi dengan kenaikan pendapatan. Pendapatan AKRA selama tahun 2021 tumbuh 45% secara tahunan atau
year-on-year (yoy) mencapai Rp 25,70 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati