KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berencana melakukan
stock split dengan perbandingan 1:5. Dengan aksi korporasi tersebut, nilai nominal saham AKRA akan menjadi Rp 20 per saham dari nilai nominal saat ini sebesar Rp 100 per saham. Melalui
stock split ini, harga saham AKRA akan menjadi lebih terjangkau khususnya bagi investor ritel. Dengan begitu, dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Hardy menilai prospek AKRA dengan rencana
stock split tersebut akan kian positif dan layak diburu. Dia menjelaskan, hal itu seiring kinerja positif AKRA hingga kuartal III-2021.
Robertus memaparkan, laba sebelum pajak pada kuartal III-2021 dari bisnis distribusi bahan bakar & kimia tumbuh 5% secara kuartalan (qoq) menjadi Rp 391 miliar menyusul pertumbuhan secara tahunan (yoy) sebesar 17% menjadi Rp 6,63 triliun.
Baca Juga: Kinerja di atas ekspektasi, intip rekomendasi saham UNTR dari BRIDanareksa Sekuritas Volume distribusi bahan bakar kuartal III tumbuh 7,3% QoQ menjadi 649 KL yang terutama didorong oleh perusahaan pertambangan,
smelter dan pelayaran. Volume distribusi bahan kimia sepanjang sembilan bulan tahun ini naik 22% YoY menjadi 1.191 MT, yang terutama didorong oleh industri rayon, konsumen tidak tahan lama, dan makanan. Harga jual rata-rata produk kimia kuartal III-2021 juga naik menjadi Rp 2.931 per kg dari 2.449 per kg di kuartal II-2021. Oleh karena itu, EBITDA dan laba bersih hingga kuartal III-2021 berhasil tumbuh 15% dan 20% YoY, masing-masing menjadi Rp 1,35 triliun dan 797 miliar. "Pencapaian laba bersih ini mencerminkan 74,5% rasio berjalan dari estimasi 21F kami, relatif selaras," sebutnya, Kamis (11/11). Dia menilai AKRA juga didorong sentimen harga komoditas yang masih tinggi akan mendorong permintaan BBM.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten semen di tengah sentimen pajak karbon dan DMO batubara Dengan demikian, Henan Putihrai mempertahankan AKRA dengan peringkat
buy pada target harga yang ditingkatkan menjadi Rp 5.350 dari sebelumnya Rp 4.230. Lanjutnya, target harga terbarunya itu menyiratkan 14,3/13,5x dari rasio tahun ini dan tahun depan EV/EBITDA, dan 2,9/3,1% dari potensi imbal hasil dividen tahun 2022 dan 2023 dengan asumsi rasio pembayaran 55%.
"AKRA saat ini diperdagangkan pada 12,1/11,4x dari rasio tahun 2021 dan 2022 EV/EBITDA dan juga 3,5/3,7% dari potensi hasil dividen tahun 2022 dan 2023," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi