AKR Corporindo makin sehat usai fokus di bisnis inti



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turunnya volume distribusi minyak ternyata tak membuat kinerja PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) melempem. Prospek AKRA dinilai masih cerah seiring upaya perusahaan melakukan efisiensi dan fokus ke bisnis inti.

Tahun lalu, volume distribusi minyak AKRA turun 4% year on year (yoy) menjadi 1,98 juta liter. Namun, distribusi bahan kimia masih mampu tumbuh 13% yoy menjadi 1.417 kilo metrik ton (kMT).

Analis JP Morgan Sumedh Samant menilai, penurunan volume distribusi minyak lebih disebabkan faktor cuaca. "Cuaca buruk mengakibatkan gangguan produksi dan kerusakan peralatan milik perusahaan," ungkap Samant dalam riset 19 Maret.


Beruntung, penurunan volume distribusi minyak tidak begitu mengganggu kinerja AKRA. Buktinya, pendapatan emiten ini mampu meningkat 20,2% yoy menjadi Rp 18,29 triliun pada tahun lalu. Lalu laba bersihnya ikut melonjak 18,9% menjadi Rp 1,2 triliun.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Arandi Ariantara masih optimistis, kinerja AKRA bisa tetap tumbuh pada tahun ini. Pasalnya, AKRA kini mulai fokus mengembangkan bisnis intinya, yakni bidang distribusi dan logistik.

AKRA pun melepas beberapa anak perusahaan yang kurang berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan. Misalnya pada September tahun lalu, AKRA mendivestasi tiga anak usaha yang berbasis di China kepada Beibu Gulf Co Ltd senilai Rp 864 miliar. Lalu pada bulan Maret kemarin, AKRA juga melego kepemilikan sahamnya di perusahaan batubara, PT Bumi Karunia Pertiwi.

Arandi menilai, divestasi yang dilakukan AKRA berdampak positif. "AKRA bisa  lebih fokus pada bisnis perdagangan, distribusi, serta layanan berbasis logistik," ujar dia, Rabu (11/4).

Kawasan industri

Arandi menambahkan, hasil divestasi yang dilakukan AKRA juga dapat berguna untuk membiayai ekspansi. Salah satunya, pengembangan Kawasan Industri dan Pelabuhan Jawa Terpadu atau Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE).

Analis Valbury Sekuritas Indonesia Budi Rustanto menganggap keberadaan JIIPE akan membawa keuntungan bagi AKRA dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Tahun ini, AKRA dapat diuntungkan oleh potensi penjualan lahan di JIIPE yang dapat mencapai 40 hektare (ha). "Harga jual lahan di JIIPE berpeluang naik menjadi Rp 2,3 juta per meter persegi," kata Budi dalam riset 21 Maret.

Dalam jangka panjang, AKRA akan menikmati keuntungan ketika fasilitas-fasilitas di kawasan JIIPE telah beroperasi secara optimal. Misalnya, terminal batubara, pelabuhan, hingga pembangkit listrik bertenaga 500 MW.

Budi memprediksi, pendapatan AKRA dapat tumbuh menjadi Rp 21,16 triliun pada akhir tahun nanti. Namun, laba bersih perusahaan ini diperkirakan hanya mencapai Rp 1,04 triliun atau lebih rendah dari pencapaian di 2017. Hal ini dengan mempertimbangkan lonjakan harga minyak dunia yang tidak dibarengi oleh peningkatan volume distribusi minyak AKRA.

Pada tahun ini, AKRA juga mendapat tantangan dari kebijakan pengontrolan harga minyak oleh pemerintah. Jadi, setiap perusahaan distributor minyak wajib melapor dan mendapat restu dari pemerintah ketika hendak menaikkan harga minyak yang dijualnya.

Hal itu berpotensi membuat perusahaan distributor tidak leluasa menentukan harga produknya. Tapi Arandi menilai, kebijakan tersebut tidak akan terlalu mempengaruhi kinerja AKRA. Pasalnya, sebagian besar minyak yang dimiliki AKRA didistribusikan ke para pelaku perindustrian dan pertambangan.

Kebijakan tersebut cenderung lebih berpengaruh kepada para distributor raksasa seperti Pertamina, yang memiliki pangsa pasar besar di kalangan ritel. "Di AKRA tidak terlalu banyak minyak yang ditujukan kepada konsumen ritel," kata Arandi.

Budi tetap merekomendasikan beli saham AKRA dengan target harga Rp 7.500 per saham. Arandi juga merekomendasikan beli saham AKRA dengan target Rp 7.000 per saham. Sementara itu, Samant juga memberi rekomendasi overweight pada saham AKRA dengan target Rp 7.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati