JAKARTA. Peta bisnis PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) bakal berubah dalam tiga atau empat tahun ke depan. Penopang pendapatan AKRA dalam jangka panjang tak lagi berasal dari bisnis distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM), melainkan juga dari hasil diversifikasi usahanya ke penjualan lahan industri. Dari proyek lahan industri dan pelabuhan terintegrasi Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE), AKRA menargetkan bisa mengantongi pendapatan yang cukup besar. Untuk tahap satu, AKRA bakal menyelesaikan 800 hektare (ha) lahan industri. Dari situ, AKRA akan menjual sekitar 500 ha lahan dengan kisaran harga US$ 150 hingga US$ 180 per meter persegi. Itu artinya, dalam tiga hingga empat tahun ke depan, AKRA bisa mengantongi pendapatan sebesar US$ 750 juta hingga US$ 900 juta dari lahan industri saja. "Dalam periode itu, sekitar 30%-40% profit AKRA akan berasal dari JIIPE," ujar Direktur AKRA, Suresh Vembu, di Jakarta (5/5). Pendapatan ini akan menjadi pendapatan AKRA yang cukup stabil karena termasuk dalam pendapatan berulang atau recurring income. Sebagai catatan, per Kuartal I-2015, sebesar 87,5% pendapatan AKRA berasal dari distribusi BBM dan bahan kimia dasar. Namun, AKRA sudah mulai membukukan penjualan awal dari kawasan industri sebesar Rp 94 miliar. "Yang sudah dipesan sekitar 30 ha lahan. Tahap awal akan dibuka untuk heavy industry," imbuh Suresh. Dana investasi proyek JIIPE yang dikeluarkan untuk tahap satu mencapai Rp 4 triliun, termasuk untuk proyek pelabuhan terintegrasi. Suresh bilang, proyek ini sudah selesai hingga 60%. Sementara untuk pelabuhan sudah bisa beroperasi pada bulan Juni 2015 mendatang. Di sisi lain, AKRA masih akan terus mendorong bisnis utamanya di bidang distribusi BBM. Perseroan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 500 miliar untuk tahun ini. Belanja modal itu diantaranya bakal digunakan untuk membangun 40 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Di bisnis distribusi BBM, AKRA menargetkan bisa mencapai pertumbuhan distribusi sekitar 15%-20%. Hingga Kuartal I-2015, AKRA mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 63,8% year on year (yoy) menjadi Rp 295 miliar. Peningkatan laba dipengaruhi oleh beberapa indikator, salah satunya pertumbuhan ada pendapatan lini bisnis perdagangan dan distribusi bahan kimia dasar. Dibanding tahun lalu pendapatan di lini bisnis ini naik 18,8% yoy dari Rp 788 miliar pada Kuartal I-2014 menjadi Rp 936 miliar pada Kuartal I-2015. Di sisi lain, pendapatan dari perdagangan dan distribusi BBM merosot 24,9% menjadi Rp 3,35 triliun. Padahal sejatinya, volume penjualan BBM meningkat 15,3% menjadi 504.636 kiloliter (kl) di kuartal I-2015. Namun, harga jual rata-rata menurun 34,9% yoy menjadi Rp 6.634 per liter. Akibatnya, total jenderal pendapatan AKRA menurun 14,7% yoy menjadi Rp 4,8 triliun pada kuartal I-2015. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
AKRA akan raih US$ 900 juta dari lahan industri
JAKARTA. Peta bisnis PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) bakal berubah dalam tiga atau empat tahun ke depan. Penopang pendapatan AKRA dalam jangka panjang tak lagi berasal dari bisnis distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM), melainkan juga dari hasil diversifikasi usahanya ke penjualan lahan industri. Dari proyek lahan industri dan pelabuhan terintegrasi Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE), AKRA menargetkan bisa mengantongi pendapatan yang cukup besar. Untuk tahap satu, AKRA bakal menyelesaikan 800 hektare (ha) lahan industri. Dari situ, AKRA akan menjual sekitar 500 ha lahan dengan kisaran harga US$ 150 hingga US$ 180 per meter persegi. Itu artinya, dalam tiga hingga empat tahun ke depan, AKRA bisa mengantongi pendapatan sebesar US$ 750 juta hingga US$ 900 juta dari lahan industri saja. "Dalam periode itu, sekitar 30%-40% profit AKRA akan berasal dari JIIPE," ujar Direktur AKRA, Suresh Vembu, di Jakarta (5/5). Pendapatan ini akan menjadi pendapatan AKRA yang cukup stabil karena termasuk dalam pendapatan berulang atau recurring income. Sebagai catatan, per Kuartal I-2015, sebesar 87,5% pendapatan AKRA berasal dari distribusi BBM dan bahan kimia dasar. Namun, AKRA sudah mulai membukukan penjualan awal dari kawasan industri sebesar Rp 94 miliar. "Yang sudah dipesan sekitar 30 ha lahan. Tahap awal akan dibuka untuk heavy industry," imbuh Suresh. Dana investasi proyek JIIPE yang dikeluarkan untuk tahap satu mencapai Rp 4 triliun, termasuk untuk proyek pelabuhan terintegrasi. Suresh bilang, proyek ini sudah selesai hingga 60%. Sementara untuk pelabuhan sudah bisa beroperasi pada bulan Juni 2015 mendatang. Di sisi lain, AKRA masih akan terus mendorong bisnis utamanya di bidang distribusi BBM. Perseroan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 500 miliar untuk tahun ini. Belanja modal itu diantaranya bakal digunakan untuk membangun 40 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Di bisnis distribusi BBM, AKRA menargetkan bisa mencapai pertumbuhan distribusi sekitar 15%-20%. Hingga Kuartal I-2015, AKRA mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 63,8% year on year (yoy) menjadi Rp 295 miliar. Peningkatan laba dipengaruhi oleh beberapa indikator, salah satunya pertumbuhan ada pendapatan lini bisnis perdagangan dan distribusi bahan kimia dasar. Dibanding tahun lalu pendapatan di lini bisnis ini naik 18,8% yoy dari Rp 788 miliar pada Kuartal I-2014 menjadi Rp 936 miliar pada Kuartal I-2015. Di sisi lain, pendapatan dari perdagangan dan distribusi BBM merosot 24,9% menjadi Rp 3,35 triliun. Padahal sejatinya, volume penjualan BBM meningkat 15,3% menjadi 504.636 kiloliter (kl) di kuartal I-2015. Namun, harga jual rata-rata menurun 34,9% yoy menjadi Rp 6.634 per liter. Akibatnya, total jenderal pendapatan AKRA menurun 14,7% yoy menjadi Rp 4,8 triliun pada kuartal I-2015. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News