KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten berencana untuk melakukan pemecahan nilai saham (
stock split), dengan tujuan menambah likuiditas sahamnya. Salah satunya yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (
DSSA), yang berencana untuk melakukan pemecahan nilai nominal saham atau
stock split dengan perbandingan 1:10. Manajemen DSSA berharap,
stock split ini dapat meningkatkan minat investor untuk membeli saham DSSA. Selain itu,
stock split juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah pemegang saham, meningkatkan likuiditas saham, dan mendukung pertumbuhan nilai DSSA. Jumlah saham DSSA sebelum
stock split sebanyak 770,55 juta. Setelah
stock split, jumlah sahan akan naik menjadi 7,70 miliar saham. Nilai nominal saham juga akan terpecah, dari semula Rp 250 per saham menjadi Rp 25 per saham.
Untuk melancarkan aksi korporasi ini, DSSA akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa pada 22 Desember 2021 mendatang, guna mendapat restu pemegang saham.
Baca Juga: Tok! Pemegang Saham AKR Corporindo (AKRA) Setujui Stock Split 1:5 Kemudian, PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) akan memecah saham AKRA dengan perbandingan 1:5. Aksi korporasi ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham AKRA di Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui
stock split ini, harga saham AKRA akan menjadi lebih terjangkau khususnya bagi investor ritel, yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah pemegang saham AKRA. PT Metrodata Electronics Tbk (
MTDL) juga berencana memecah nominal sahamnya dengan rasio sebesar 1:5. Jumlah saham MTDL sebelum
stock split sebanyak 2,45 miliar saham. Setelah memecah sahamnya, jumlah saham MTDL menjadi 12,27 miliar.
Baca Juga: Sinarmas Masih Sibuk Menggelar Ekspansi di Pertambangan Australia Produsen kabel, PT Jembo Cable Company Tbk (
JECC) juga berencana melakukan
stock split. Namun, sejauh ini JECC belum menyampikan rasio perbandingan pemecahan saham yang akan dilakukan. Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, aksi pemecahan nilai saham hanya bersifat memecah harga saja, tapi tidak mengubah tren saham tersebut. Jika memang saham tersebut sudah
uptrend sebelumnya, setelah
stock split pun harga saham tersebut akan lanjut naik lagi Sehingga, strategi yang bisa diterapkan dalam mencermati saham
stock split adalah memilih saham yang akan dipecah, yang saat ini sedang
uptrend. William menyebut, DSSA, MTDL, dan AKRA bisa menjadi pilihan. “Bisa melakukan pembelian di saat ini atau setelah split juga bisa,” terang William kepada Kontan.co.id. Senin (20/12).
Baca Juga: Metrodata (MTDL) ekspansi bisnis solusi cloud Analis Samuel Sekuritas Indonesia Farras Farhan menilai, aksi
stock split yang dilakukan AKRA menarik bagi investor ritel. Sebab, AKRA perlu pengenalan yang lebih luas kepada investor
retail. “Hanya memang tergantung dari
appetite retail juga, apakah
hype-nya sekarang masih ke saham yang berbau
new economy atau
old economy,” terang dia. AKRA dinilai masih punya prospek yang menjanjikan. Per sembilan bulan pertama 2021, AKRA telah mendistribusikan 73% dari total target distribusi bahan bakar minyak di 2021. Farras tetap optimis AKRA dapat mencapai target distribusi minyak sebanyak 2.4 juta kilo liter (kl) sampai 2,5 juta kl di akhir tahun ini. Jika ditranslasikan, pendapatan dari distribusi minyak sebanyak Rp 17,3 triliun atau naik 34.3% secara
year-on-year (yoy).
Prospek AKRA juga ditopang oleh penjualan lahan di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik. Samuel Sekuritas menargetkan penjualan lahan JIIPE di akhir tahun 2021 sebesar 24 hektare (ha) sampai 27 ha, yang akan berkontribusi sebesar 17% dari laba kotor AKRA. Hal ini berlandaskan meningkatnya permintaan lahan JIIPE yang menyediakan berbagai integrasi bisnis bagi pelaku usaha. Farras memberi target harga AKRA sebelum
stock split di level Rp 4.900 per saham. “Pasca
stock split berarti menjadi Rp 980,” tutup dia.
Baca Juga: Bagaimana investor menyikapi stock split emiten? Begini saran analis Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati