Akselerasi Benakat Pasca Akuisisi Elnusa



JAKARTA. Perusahaan publik penghuni Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali bertambah. Kamis (11/02), PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI), resmi tercatat menjadi emiten ketiga di tahun 2010.

Hari pertama perdagangan saham BIPI juga cukup fenomenal. Harga saham emiten minyak dan gas (migas) itu sempat melesat 67,86% dan menyentuh batas auto rejection atas, dari harga penawaran saham perdana (IPO) di level Rp 140 per saham.

Pelaku pasar seakan tersihir oleh pengumuman dadakan, atas rencana BIPI mengakuisisi 2,72 miliar atau 37,15% saham PT Elnusa Tbk (ELSA) milik PT Tridaya Esta. "Kami baru menandatangani conditional sale and purchase agreement (CSPA) dengan Tridaya Esta, beberapa jam sebelum kita listing," ujar Michael Ruslim, Direktur Keuangan BIPI kemarin (12/2).


Michael bilang, harga saham ELSA yang disepakati sebesar Rp 330 per saham. Jadi, total transaksi itu mencapai Rp 894,82 miliar. "Kami berharap transaksi selesai akhir Maret 2010," ungkapnya.

Sayangnya, BIPI belum menentukan opsi pendanaan akuisisi ini. Namun Michael bilang, BIPI punya kapitalisasi pasar cukup besar di bursa, sehingga mudah untuk memperoleh pinjaman. Sampai dengan Agustus 2009, dana kas BIPI sebesar Rp 4,26 miliar.

Melaju pasca IPO

Meski memiliki dana segar hasil IPO sebesar 1,61 triliun, namun dana itu tidak disebutkan oleh manajemen BIPI dalam prospektus untuk mengakuisisi ELSA. Mereka hanya menyebutkan, 59% dana IPO dialokasikan guna pemberian utang pada PT Benakat Oil. Dana itu juga akan digunakan untuk pengeboran lokasi baru dan program kerja di PT Benakat Barat Petroleum.

BIPI juga menggunakan 36% dana IPO untuk memberi utang pada PT Benakat Mining dan 2% lainnya guna pembelian 2,13% saham PT Indelberg Indonesia. Sisanya, mereka pakai tuk membeli surat hutang dengan hak opsi konversi di Patina Group Ltd.Selama ini, usaha Benakat memang bergantung dari bisnis migas dan jasa desain, pengadaan, maupun pelaksanaan konstruksi atau enginering procurement construction (EPC). Menurut Michael, hingga Desember 2009, bisnis migas menyumbang 35% dari total pendapatan, EPC 49% dan sisanya dari jasa perdagangan batubara.

Sampai Desember lalu, pendapatan BIPI tercatat Rp 155 miliar dan laba bersih mencapai Rp 14,4 miliar. Tahun ini, BIPI menargetkan laba bersih sebesar Rp 225 miliar. Namun, bila saham ELSA sukses mereka beli, target laba bersihnya bisa melonjak hingga Rp 365 miliar.

Menurut Michael, hasil kinerja mereka di tahun 2009 memang masih belum optimal. Sebab, akuisisi bisnis minyak Benakat Barat baru terjadi bulan Maret 2009 dan usaha EPC Agustus 2009. Sebelumnya, Benakat juga punya bisnis migas melalui PT Macau Oil Engineering and Technology.

Benakat juga memiliki bisnis di bidang pertambangan batubara dan mangan. Tambang batubara mereka terletak di wilayah Kalimantan dengan cadangan sebesar 44 juta ton. Sementara tambang mangan BIPI berada di Flores, di areal seluas 200 hektar. Cadangan mangannya diperkirakan 900.000 ton.

Sayang, kedua bidang usaha itu belum menghasilkan. Michael memperkirakan baru pada tahun 2011 nanti, kedua bisnis itu akan memberikan kontribusi.

Pasca IPO, bisnis EPC BIPI mengantongi kontrak senilai US$ 1 miliar selama 5 tahun dengan perusahaan asing. Sedangkan, bisnis minyak diprediksi naik dua kali lipat dari tahun lalu menjadi 4.000 barel per hari yang akan dijual ke Pertamina dengan patokan harga minyak internasional (ICP).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test