Akses tol ditutup selama KTT ASEAN, Pengusaha logistik mengeluhkan biaya



JAKARTA. Pengusaha jasa logistik mengeluh penutupan sementara akses tol dalam kota bagi truk pengangkut barang selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-18 di Jakarta. Mereka merugi karena biaya operasional kendaraan akan melonjak dan waktu pengiriman menjadi lebih lama.

Pengusaha mendesak agar truk tetap boleh melaju di jalan tol dalam kota. "Pengalihan ini membuat kami mengeluarkan dana besar," ungkap Nikholas, Branch Manager PT Armada Hati Agung cabang Jakarta, kepada KONTAN, Jumat (6/5).

Sekadar informasi, Pemerintah DKI Jakarta melarang truk komersial beroperasi di tol dalam kota selama KTT ASEAN berlangsung 5-9 Mei 2011. Truk angkutan berat dilarang masuk jalur tol Cawang-Tomang, pukul 05.00- 22.00 WIB setiap hari.


Selama itu, petugas mengalihkan angkutan berat melewati tol lingkar luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR), atau memutar ke tol dalam kota melewati ruas Pluit-Tanjung Priok. Jika ternyata efektif mengurangi kemacetan, Pemerintah DKI Jakarta akan menerapkannya secara permanen.

Menurut Nikholas, selama ini, ruas jalur tol dalam kota adalah jalur vital pengiriman barang. Ia biasa mengirimkan barang lewat armada truk tronton berkapasitas 30 ton melintasi jalan itu. Saat normal, pengiriman barang melintasi Jakarta hanya butuh waktu tiga jam- lima jam. Tapi, sejak ada pengalihan, waktu tempuh menjadi enam-delapan jam. "Ini merepotkan, bisa setengah hari, belum kalau macet," ungkapnya.

Karena itu, tiap hari, Nikholas harus mengeluarkan biaya tambahan Rp 50.000- Rp 100.000 tiap kendaraan. Dana tambahan itu untuk menambah bahan bakar saat truk harus berputar arah.

Padahal, tiap hari, ada 20-30 truk yang beroperasi di dalam kota. Ambil contoh, jika kondisi normal satu truk jarak Citeureup, Bogor menuju Jakarta hanya butuh ongkos Rp 125.000, sekarang keluar dana hingga Rp 160.000 karena harus berputar ke Tanjung Priok, Jakarta Utara. "Belum mengantre saat pengalihan," ungkap Nikholas.

Junaedi Abdillah, Direktur Operasional PT Godean Jaya Permai juga mengeluhkan biaya operasional tinggi. Selama ini, Godean melayani jasa pengangkutan barang menggunakan truk ukuran medium, besar, tronton, serta wing box kontainer untuk Jakarta dan beberapa daerah. "Kalau terus diberlakukan, kami akan menaikkan tarif pengiriman. Ini bisa membebani konsumen," ungkapnya.

Johari Zein, Direktur Utama PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), punya cara jitu dengan mengalihkan pengiriman dalam kota JNE ke minibus dan sepeda motor. Beruntung, saat ini, JNE memiliki 500 unit kendaraan roda dua untuk pengantaran dalam kota. Truk berkapasitas besar hanya untuk pengiriman lintas kota atau provinsi. "Kami antisipasi karena masalah jalan masih berlarut-larut," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: