Aksi akuisisi beri dampak positif, simak rekomendasi saham TOWR



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) diyakini punya outlook yang menarik ke depannya. Langkah akuisisi hingga potensi perkembangan jaringan 5G ke depan bisa menjadi katalis positif yang mendongkrak kinerja emiten menara ini. 

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengungkapkan, jaringan 5G yang sudah mulai berkembang memberi peluang pertumbuhan kinerja bagi TOWR dan berimbas positif ke depannya. Menurutnya, pengembangan 5G ini akan mendorong permintaan penyewaan yang lebih tinggi dari emiten operator telekomunikasi 

“Nantinya, emiten operator telekomunikasi yang merupakan pelanggan dari TOWR akan berpotensi menyewa lebih banyak lahan ke tower sector agar jaringan mereka lebih baik lagi. Hal ini karena 5G ini butuh jarak antar BTS yang lebih dekat,” kata Hendriko ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/11).


Selain dari pengembangan 5G dan kebutuhan internet, kinerja TOWR dinilai akan membaik setelah rampungnya proses akuisisi PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Langkah akuisisi tersebut membuat jumlah menara TOWR bertambah 6.410 unit dan memiliki 12.462 tenant baru. Menurut Hendriko, menara dan tenant baru tersebut akan menambah pendapatan dan EBITDA TOWR ke depan.

Baca Juga: Ini alasan Samuel Sekuritas menginisiasi rekomendasi saham FILM dengan peringkat beli

Berdasarkan hitungan Hendriko, pendapatan TOWR dan EBITDA pada tahun ini setelah aksi akuisisi tersebut akan naik masing-masing 7% dan 6% menjadi Rp 8,72 triliun dan Rp 7,47 triliun. Sementara untuk tahun 2022, pendapatan TOWR akan naik 18,4% menjadi Rp 10,32 triliun dan EBITDA-nya akan naik 19% menjadi Rp 8,89 triliun.

Asal tahu saja, lewat akuisisi tersebut membuat jumlah menara TOWR mencapai lebih dari 28.000 dengan jumlah tenant yang hampir menyentuh 53.000. Hal ini pada akhirnya membuat tenancy ratio milik TOWR menjadi sedikit lebih tinggi, yakni 1,9x.

Sementara analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin dalam risetnya pada 4 Oktober menuliskan, pasca akuisisi tersebut, visibilitas arus kas TOWR masih tetap tinggi. Hal ini lantaran TOWR telah memiliki pendapatan terkunci sekitar Rp 58 triliun dan masa sewa rata-rata tertimbang sekitar 6,5 tahun (hanya sedikit penurunan dari sekitar 7 tahun pra-akuisisi). 

Angka tersebut masih lebih tinggi dari pendapatan terkunci PT Tower Bersama Infrastructure Tbk  (TBIG) yang hanya Rp 29 triliun dan masa sewa rata-rata tertimbang hanya selama 5,3 tahun per semester I-2021. 

Baca Juga: Emiten-emiten ini punya kas tinggi, begini rekomendasi sahamnya

Sementara dari komposisi pendapatan TOWR sebagian besar tidak akan berubah setelah akuisisi ini. Pasalnya, walau pendapatan gabungan ISATHutch akan turun dari 41% menjadi 39%, namun eksposur ke Tsel dan EXCL justru akan meningkat dari 43% menjadi 45%. 

“Secara keseluruhan, kami memandang akuisisi ini sebagai langkah strategis penting dari TOWR. Pasalnya, peluang pertumbuhan menara secara anorganik yang cukup besar terbatas ke depannya, mengingat TBIG tidak mungkin jadi target akuisisi TOWR,” imbuh Giovanni.

 
TOWR Chart by TradingView

Editor: Tendi Mahadi