FRaNKFURT. Di tengah perlambatan ekonomi dunia, aksi merger & akuisisi (M&A) di industri pariwisata justru kian marak. Tahun lalu, transaksi M&A menembus US$ 64,4 miliar. Angka ini naik dua kali lipat dibandingkan transaksi M&A yang mencakup sektor perhotelan, jasa perjalanan dan operator tur di sepanjang tahun 2013. Setidaknya ada dua faktor pemicu maraknya aksi M&A di bisnis pariwisata. Pertama, kompetisi ketat. Kemunculan situs dan aplikasi wisata yang mewabah memicu persaingan ketat antara hotel, jasa perjalanan, dan operator tur. Kedua, biaya merger dan akuisisi yang murah. Tahun lalu, transaksi M&A di sektor perhotelan, jasa perjalanan dan operator tur tercatat sebanyak 596 kali. Saat ini, pebisnis pariwisata yang mampu bertahan dari hantaman krisis tahun 2008 dan 2009 terbilang sedikit. Mereka mendapatkan berkah dari era suku bunga murah.
Aksi akuisisi di pariwisata naik dua kali lipat
FRaNKFURT. Di tengah perlambatan ekonomi dunia, aksi merger & akuisisi (M&A) di industri pariwisata justru kian marak. Tahun lalu, transaksi M&A menembus US$ 64,4 miliar. Angka ini naik dua kali lipat dibandingkan transaksi M&A yang mencakup sektor perhotelan, jasa perjalanan dan operator tur di sepanjang tahun 2013. Setidaknya ada dua faktor pemicu maraknya aksi M&A di bisnis pariwisata. Pertama, kompetisi ketat. Kemunculan situs dan aplikasi wisata yang mewabah memicu persaingan ketat antara hotel, jasa perjalanan, dan operator tur. Kedua, biaya merger dan akuisisi yang murah. Tahun lalu, transaksi M&A di sektor perhotelan, jasa perjalanan dan operator tur tercatat sebanyak 596 kali. Saat ini, pebisnis pariwisata yang mampu bertahan dari hantaman krisis tahun 2008 dan 2009 terbilang sedikit. Mereka mendapatkan berkah dari era suku bunga murah.