KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi ambil untung membuat harga minyak sawit mentah atawa
crude palm oil (CPO) kembali merosot. Harga komoditas perkebunan ini kembali tertekan, walau sederet sentimen positif mewarnai pergerakannya. Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Mei 2018 di Malaysia Derivative Exchange melorot 1,19% ke RM 2.485 per metrik ton. Bila dihitung sepekan terakhir, harga CPO melemah 0,84%. Menurut Analis Monex Investindo Futures Faisyal, koreksi tersebut terjadi karena investor melakukan
profit taking. Maklum saja, pada Senin (19/2) lalu, harga CPO melonjak tajam.
Sebenarnya, harga CPO masih bisa menguat. Mengingat ekspor Malaysia mengalami kenaikan setelah Intertek Testing Services melaporkan ekspor CPO Malaysia periode 1-20 Februari yang mereka tangani naik 8,8% menjadi 791.992 metrik ton. Di samping itu, ringgit dalam tren
bearish setelah indeks dollar Amerika Serikat (AS) menguat. Mata uang ringgit terlihat melemah dihadapan
the greenback. Kemarin, ringgit melemah 0,32% jadi RM 3,9035 per dollar AS. Keputusan Eropa Walau terlihat ciamik, CPO dibayangi oleh kenaikan stok di Malaysia. Untuk periode Januari 2018, stok CPO tercatat naik 1% dari bulan Desember ke level 2,77 juta ton. Apalagi kenaikan cadangan ini terjadi bersamaan dengan penurunan ekspor. “Ini yang membuat harga CPO cukup fluktuatif,” ujar Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures. Selain itu, momentum Imlek yang sudah lewat membuat CPO sudah tak menarik lagi. Mengingat, China telah terlebih dahulu mengambil langkah antisipasi mengamankan stok minyak sawit sebelum libur berlangsung. Tekanan tambahan yang mengganjal harga datang dari rencana negara-negara kawasan Uni Eropa untuk menolak penggunaan CPO sebagai produk biodiesel. Analis menyebut CPO berada dalam tren
bearish. “Secara fundamental CPO masih tertekan larangan Uni Eropa,” tambah Faisyal.
Investor kini mencemaskan langkah parlemen Eropa yang menyetujui pelarangan pengunaan minyak sawit sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor mulai tahun 2021. Meski belum dimulai, tetapi ini tetap memicu kekhawatiran. Di 2017 saja, ekspor CPO ke Uni Eropa telah terkikis 3,3% menjadi 2 juta ton. Deddy bilang hingga kuartal I-2017, harga CPO masih melemah. Bahkan dalam sepekan ke depan, harganya bisa tembus ke bawah RM 2.400. Namun, hari ini harga akan cenderung konsolidasi atau bergerak menguat terbatas di kisaran RM 2.450–RM 2.560 per metrik ton. Pelaku pasar sepertinya masih menahan diri jelang rilis notulensi rapat Federal Open Market Committee, Kamis (22/1) nanti. Secara teknikal harga ada di atas
moving average (MA) 50 yang mengindikasikan penguatan dalam jangka pendek. Tapi dalam jangka menengah dan jangka panjang, CPO berpeluang terkoreksi karena harga berada di bawah garis MA 100 dan MA 200. Kemudian indikator
relative strength index (RSI) di level 55 dan
stochastic di level 75. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati