HANGZHOU. Tekanan pada harga saham Alibaba Group Holding Ltd mungkin akan semakin kencang pada pekan-pekan ini. Sebab mulai, kemarin (18/3), keran perdagangan atas 14% saham Alibaba yang dimiliki publik terbebas dari masa lock-up sejak perusahaan ini menjual saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek New York pada 18 September 2014 silam. Saham Alibaba memang merupakan fenomena sejak resmi melantai di bursa saham. Harga saham IPO Alibaba yang dibanderol US$ 68 per saham, melesat 38,07% menjadi US$ 93,89 per saham, saat pertama kali diperdagangkan di bursa saham New York. Harga saham Alibaba terus melejit hingga mencapai rekor tertinggi di level US$ 119,15 per saham pada 10 November 2014. Namun sejak saat itu, pesona saham perusahaan raksasa e-commerce asal Hangzhou, China ini berangsur-angsur meredup.
Hingga akhir perdagangan Selasa lalu (17/3), harga saham emiten berkode BABA itu tergolek di posisi US$ 84,50 per saham. Harga tersebut terpangkas 19,91% dari posisi akhir tahun 2014 di level US$ 105,75 per saham. Meski harga sahamnya turun, namun investor yang punya saham BABA sejak September 2014, tetap menikmati untung tinggi. Jika memakai harga penutupan Selasa (17/3), di level US$ 84,50, return yang diperoleh oleh investor sebesar 24,26%. Kejatuhan harga saham Alibaba tidak terlepas dari banyaknya sentimen negatif yang menerpa Alibaba. Misal, terkait pendapatan di kuartal III-2014 yang lebih rendah dari prediksi analis. Penurunan pendapatan tersebut merupakan dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi China.