Aksi jual, pertanda masa bullish emas berakhir?



NEW YORK. Posisi harga emas semakin memburuk sejak awal tahun ini. Apalagi, terjadi aksi jual besar-besaran oleh investor terhadap komoditas berwarna kuning mentereng ini. Hal itu memicu kecemasan bahwa reli harga emas yang sudah berlangsung puluhan tahun sejak akhir Perang DUnia I akan segera berakhir. Mengutip data Bloomberg, sepanjang Februari, investor telah menjual emas sebanyak 106,2 metrik ton senilai US$ 5,4 miliar dari exchange traded products. Ini merupakan aksi jual terbesar sejak 2003 lalu. Pasca periode tersebut, aksi jual terus berlangsung dan saat ini jumlahnya mencapai 21,9 ton. Sepertinya, para pengelola dana atau hedge fund tak lagi bullish dengan pergerakan harga emas seiring dengan semakin membaiknya perekonomian. Sejumlah sinyalemen pemulihan ekonomi ditandai dengan langkah the Federal Reserve (the Fed) untuk mereview kembali kebijakan stimulus yang mereka lakukan. Memang, pergerakan harga emas sangat berkaitan erat dengan kebijakan stimulus bank sentral. Sekadar mengingatkan, harga emas melesat dua kali lipat setelah sejumlah bank sentral, yang dipimpin the Fed, mulai membeli surat utang dengan nilai lebih dari US$ 3,5 triliun mulai Desember 2008 untuk menyokong pertumbuhan ekonomi. "Banyak yang percaya, perekonomian dunia semakin membaik, khususnya di AS. Hal itu akan mendorong adanya kenaikan suku bunga acuan. Kami melihat banyak dana yang keluar dari emas," jelas John Toohey, vice president of equity USAA Investments. Sekadar informasi, harga emas sudah merosot 5,8% menjadi US$ 1.578,78 per troy ounce di London, pada tahun ini. Penurunan tersebut merupakan yang terburuk sejak 1988. Pada tahun lalu, harga rata-rata emas berada di rekor tertingginya yakni US$ 1.669. Goldman Sachs Group Inc memangkas prediksi harga emas tiga bulannya sebesar 12% menjadi US$ 1.615 pada 25 Februari lalu tahun ini. Bahkan, ada kemungkinan harga emas berakhir di posisi US$ 1.550. "Harga emas sudah overvalued secara signifikan dan sulit untuk kembali ke leve rekor pada September 2011 di posisi US$ 1.921,15," demikian prediksi Credit Suisse pada 1 Februari lalu. Tidak hanya Goldmand dan Credit Suisse, bank lain yang juga memprediksi penurunan harga emas di antaranya: Barclays Plc, Societe Generale SA, Natixis SA, BNP Paribas SA, ABN Amro Bank NV, Danske Bank A/S, dan TD Securities Inc. Mereka semua meramal harga emas akan lebih rendah tahun depan ketimbang tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie