Aksi merger dan akuisisi emiten telekomunikasi dinilai positif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi penggabungan usaha atau merger dan akuisisi (M&A) di sektor telekomunikasi kian ramai. Setelah merger PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT) dan Hutchinson 3 Indonesia (H3I), kabar merger kembali datang dari PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).

Analis Reliance Sekuritas, Anissa Septiwijaya, menilai aksi M&A di sektor telekomunikasi ini direspons positif oleh pasar karena dapat memperkuat struktur bisnis. Ia juga menilai M&A dapat menjadi langkah efisiensi dalam rangka membuat ekosistem yang kuat.

Selain itu, menurutnya dampak dari aksi korporasi ini juga bisa menyehatkan industrinya, karena dapat membuat persaingan di sektor telekomunikasi dapat mereda, sehingga menjadi lebih sehat.


Para pengguna juga menurutnya bisa mendapatkan efek positif dari sisi harga maupun kualitas layanan. “Sebab industri telekomunikasi sendiri memang selalu dihadapi dengan persaingan yang ketat khususnya operator seluler yang selalu dihadapkan oleh tantangan perang harga,” kata Anissa kepada Kontan, Jumat (15/10).

Baca Juga: Masuk pekan RDG BI, simak saham pilihan rekomendasi analis

Maraknya M&A juga dinilai Anissa menjadi sentimen positif bagi emiten dan industrinya, terlebih di tengah kondisi industri yang sedang dalam pengembangan jaringan 5G, dan era digitalisasi dalam negeri.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis, dalam risetnya menulis, bahwa saat ini ada tiga bidang peluang bisnis yang perlu ditanggapi oleh perusahaan komunikasi, yakni komputasi ICT dan cloud untuk UMKM, broadband tetap, dan transformasi digital seluler dalam siklus 4G/5G.

“XL dan Smarftren bekerja untuk memanfaatkan kemitraan dan potensi M&A sebagai pengganti M&A yang terjadi antara Indosat & Hutch,” kata Niko dalam risetnya yang dirilis 11 Oktober 2021.

Dalam perkiraan Anissa, kinerja emiten sektor telekomunikasi masih akan positif sampai akhir tahun 2021. Cerminan kinerja baik dari emiten telekomunikasi, menurutnya sudah tercermin di semester I/2021 lalu.

Selain itu, dalampengamatannya, secara musiman di kuartal IV/2021 ada peningkatan dari konsumsi data internet. Walaupun menurutnya peningkatan tidak akan setinggi di masa awal pandemi Covid-19.

Baca Juga: Kinerja PTBA membaik akibat kenaikan harga batubara, simak rekomendasi sahamnya

“Meskipun memang kami melihat peningkatannya tidak setinggi pas awal Covid ada terlebih dengan mulai kembali normalnya kegiatan bisnis perkantoran, sehingga kegiatan WFH cenderung menurun,” katanya.

Di sektor telekomunikasi Reliance masih menjagokan TLKM, beli dengan target harga Rp 4.030 per saham, karena fundamental yang kuat dan cenderung stabil kinerjanya. 

Niko melihat sektor ini overweight, ia rekomendasikan beli TLKM dengan target harga Rp 4.600 per saham, beli EXCL dengan target harga Rp 3.300 per saham, dan beli ISAT dengan target harga Rp 7.800 per saham.

 
ISAT Chart by TradingView

Selanjutnya: Harga terus naik, begini rekomendasi Indofood (INDF)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi