JAKARTA. Aksi mogok Serikat Pekerja Jakarta International Container Terminal (JICT) mendapatkan dukungan dari sejumlah pihak. Salah satunya berasal dari Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI). Dalam pernyataan tertulisnya kepada Kontan, Senin (7/8), KPBI meyakini, mogok SP JICT merupakan upaya untuk mencegah kerugian negara. Selain itu, Konfederasi juga mengapresiasi perlawanan SP JICT sebagai contoh dari protes perusahaan negara yang mengutamakan kepentingan nasional. Ini karena mogok bertujuan untuk menyelamatkan pelabuhan, sebagai aspek strategis bangsa. Dengan kata lain, persoalan perburuhan dapat berjalan seiringan dengan tuntutan perbaikan pada sektor ketenagakerjaan. "Kami juga mengecam kampanye-kampanye hitam untuk menyerang atau menyudutkan perjuangan SP JICT. Kampanye hitam tersebut muncul baik melalui robot-robot di media sosial, akun palsu, atau bahkan pernyataan bias di media arus utama terhadap pemogokan. Informasi yang menyimpulkan pemogokan hanya karena persoalan bonus belaka tersebut tidaklah pada dipertanggungjawabkan. Untuk itu, KPBI mengajak masyarakat untuk tidak lekas percaya begitu saja terhadap kampanye-kampanye yang mengaburkan fakta tersebut," jelas KPBI.
Aksi mogok buruh JICT dapat dukungan dari KPBI
JAKARTA. Aksi mogok Serikat Pekerja Jakarta International Container Terminal (JICT) mendapatkan dukungan dari sejumlah pihak. Salah satunya berasal dari Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI). Dalam pernyataan tertulisnya kepada Kontan, Senin (7/8), KPBI meyakini, mogok SP JICT merupakan upaya untuk mencegah kerugian negara. Selain itu, Konfederasi juga mengapresiasi perlawanan SP JICT sebagai contoh dari protes perusahaan negara yang mengutamakan kepentingan nasional. Ini karena mogok bertujuan untuk menyelamatkan pelabuhan, sebagai aspek strategis bangsa. Dengan kata lain, persoalan perburuhan dapat berjalan seiringan dengan tuntutan perbaikan pada sektor ketenagakerjaan. "Kami juga mengecam kampanye-kampanye hitam untuk menyerang atau menyudutkan perjuangan SP JICT. Kampanye hitam tersebut muncul baik melalui robot-robot di media sosial, akun palsu, atau bahkan pernyataan bias di media arus utama terhadap pemogokan. Informasi yang menyimpulkan pemogokan hanya karena persoalan bonus belaka tersebut tidaklah pada dipertanggungjawabkan. Untuk itu, KPBI mengajak masyarakat untuk tidak lekas percaya begitu saja terhadap kampanye-kampanye yang mengaburkan fakta tersebut," jelas KPBI.