KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada bulan Mei 2023 ini, beberapa saham
second liner (lapis dua) bergerak mentereng. Saham yang berada di daftar
leader pada bulan Mei 2023 ini adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO), PT Mitra Adiperkasa Tbk (
MAPI), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI), PT Bank Jago Tbk (
ARTO), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP), PT Ciputra Development Tbk (
CTRA), PT Avia Avian Tbk (
AVIA), dan PT Indosa Tbk (
ISAT). Dari 10 saham tersebut, tercatat CTRA, AVIA, dan ISAT adalah saham
second liner. CTRA mencatat kenaikan pergerakan harga sebesar 11,1% di bulan ini, AVIA sebesar 15%, dan ISAT 9,6%. Di sisi lain, saham-saham
big caps banyak dilepas investor di bulan Mei, terutama setelah pembagian dividen.
Saham yang berada di daftar
laggard pada bulan Mei 2023 adalah PT Bayan Resources Tbk (
BYAN), PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM), PT Merdeka Copper Tbk (
MDKA), PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Astra Internasional Tbk (
ASII), PT United Tractor Tbk (
UNTR), PT Adaro Energy Tbk (
ADRO), PT Berkah Beton Sadaya Tbk (
BEBS), PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI). Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, ada beberapa alasan mengapa saham
big caps saat ini tengah mengalami downtrending dan berada di
list laggard. Arjun mengatakan emiten-emiten tersebut masih di dalam
downtrend/koreksi setelah mencatat
all time high (ATH) untuk tahun ini di akhir bulan lalu. “Ini wajar, karena investor lagi melakukan profit taking untuk emiten tersebut,” ujarnya kepada Kontan, Senin (15/5).
Baca Juga: IHSG Berpotensi Rebound pada Selasa (16/5) Menurut Arjun,
profit taking bisa terjadi untuk beberapa minggu. Secara historis, hal itu pernah terjadi di awal bulan Desember, setelah emiten perbankan top 4 mencatat ATH. Aksi
profit taking, kata Arjun, memberi dampak negatif terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), karena emiten tersebut big caps yang mempunyai bobot yang besar. Akibatnya,
profit taking bisa membuat indeks secara keseluruhan menjadi tertekan. Selain Big empat perbankan, emiten lain yang mengalami aksi
profit taking adalah TLKM, ASII, dan UNTR. Bahkan, UNTR mengalami
Auto Rejection Bawah (ARB) selama tigahari perdagangan berturut-turut di awal Mei 2023. “Jadi, dividen efek ini juga memberi dampak negatif terhadap kinerja saham tersebut dan IHSG di bulan ini,” paparnya. Selain itu, sentimen global juga mempengaruhi kinerja per sektor-sektor emiten. Misalnya, kebankrutan First Republic Bank juga membuat
panic selling di pasar saham yang dampak emiten dari semua caps, baik big caps atau tidak. Lalu, kenaikan suku bunga juga memberikan sentimen negatif untuk kinerja emiten properti.
“Anjloknya harga komoditas secara keseluruhan juga membuat emiten di sektor komoditas ikut anjlok juga,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto