KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi penghimpunan dana di pasar modal mulai marak di awal tahun ini. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia mulai menyusun rencana penerbitan saham baru alias rights issue. Setidaknya ada empat emiten yang siap menggelar rights issue. Dua di antaranya, PT Surya Eka Perkasa Tbk (ESSA) dan PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), sudah mendapatkan persetujuan pemegang saham masing-masing. Adapun PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) akan meminta restu pemegang saham lewat RUPSLB pada 19 Februari 2018. Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) masih merencanakan aksi ini.
Di antara keempat emiten yang bakal melaksanakan aksi korporasi tersebut, analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai saham rights issue AGRO dan META paling menarik untuk dieksekusi. Rencana AGRO untuk 'naik kelas' dari bank BUKU II menjadi BUKU III membuat rights issue anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini menarik dicermati. "Tujuannya lebih realistis sehingga bisa diterima oleh kalangan investor," ungkap William, Senin (29/1). Aksi rights issue ini juga akan membuat jumlah saham AGRO yang beredar di publik menjadi bertambah dari saat ini sebanyak 1,29 miliar saham, atau setara 7,20% saham. Hal tersebut membuat saham AGRO semakin likuid pasca rights issue nanti. William juga menyebutkan rencana rights issue META cukup menarik. Sebab, META akan menggunakan dana hasil rights issue untuk membiayai modal kerja dan ekspansi di bidang infrastruktur. "Namun, investor harus siap menunggu lama jika menginvestasikan uangnya ke saham ini," papar dia. Model bisnis META yang membutuhkan waktu setidaknya tiga hingga lima tahun untuk pembangunan proyek tol membuat investor yang melaksanakan haknya dalam rights issue ini harus menunggu sebelum bisa merasakan hasil investasinya. Fundamental emiten Ke depan, William menyarankan investor memperhatikan beberapa hal sebelum mengeksekusi haknya dalam rights issue. "Di antaranya ialah tujuan penggunaan dana rights issue dan kondisi keuangan emiten," ungkap dia. Jika emiten menggunakan dana tersebut untuk pengembangan bisnis, maka rights issue tersebut menarik. Analis Koneksi Kapital Sekuritas, Alfred Nainggolan, menambahkan, investor juga perlu mencermati fundamental emiten. Dengan mengeksekusi saham rights issue, berarti investor menginvestasikan uangnya di perusahaan tersebut. Dengan begitu, kondisi fundamental emiten menjadi hal penting karena menunjukkan kemampuan saham tersebut untuk memberikan gain dari hasil investasi kepada para investor. William juga menilai, jika price earning ratio (PER) terlalu tinggi, maka rights issue kurang menarik karena menimbulkan potensi profit taking di pasar.