OSLO. Aktivis hak asasi manusia (HAM) China, Liu Xiaobo, yang tengah dipenjara, menerima Nobel Perdamaian 2010, Jumat (8/10). Penghargaan tersebut diberikan Komite Nobel Norwegia, atas perjuangannya atas HAM di China. Liu dianggap layak menerima penghargaan itu, karena perjuangannya yang panjang dan tanpa kekerasan bagi penegakan HAM di China. "Komite Nobel Norwegia telah lama percaya adanya hubungan yang erat antara HAM dan perdamaian," papar Presiden Komite Nobel Norwegia, Thorbjoern Jagland, dalam pidato pengumuman pemenang di Oslo. Penghargaan yang diterima Liu dipastikan bakal kembali menempatkan China di bawah sorotan dunia atas kondisi HAM di Negeri Panda itu. Apalagi, pemerintah saat ini tengah berupaya menjadi China sebagai pemain utama di kancah global seiring pertumbuhan ekonomi negara itu yang terus menanjak. Jagland mengatakan, sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia, China akan menjadi negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) usai Perang Dunia II. Dus, Jagland khawatir tidak ada yang akan berani mengkritik China soal penerapan HAM di sana. "Kami harus bicara saat yang lain tidak bisa bicara. Ketika China sedang tumbuh, kita memiliki hak untuk mengkritik. Kami ingin meningkatkan dorongan agar China menjadi lebih demokratis," papar Jagland.
Aktivis China Raih Nobel Perdamaian
OSLO. Aktivis hak asasi manusia (HAM) China, Liu Xiaobo, yang tengah dipenjara, menerima Nobel Perdamaian 2010, Jumat (8/10). Penghargaan tersebut diberikan Komite Nobel Norwegia, atas perjuangannya atas HAM di China. Liu dianggap layak menerima penghargaan itu, karena perjuangannya yang panjang dan tanpa kekerasan bagi penegakan HAM di China. "Komite Nobel Norwegia telah lama percaya adanya hubungan yang erat antara HAM dan perdamaian," papar Presiden Komite Nobel Norwegia, Thorbjoern Jagland, dalam pidato pengumuman pemenang di Oslo. Penghargaan yang diterima Liu dipastikan bakal kembali menempatkan China di bawah sorotan dunia atas kondisi HAM di Negeri Panda itu. Apalagi, pemerintah saat ini tengah berupaya menjadi China sebagai pemain utama di kancah global seiring pertumbuhan ekonomi negara itu yang terus menanjak. Jagland mengatakan, sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia, China akan menjadi negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) usai Perang Dunia II. Dus, Jagland khawatir tidak ada yang akan berani mengkritik China soal penerapan HAM di sana. "Kami harus bicara saat yang lain tidak bisa bicara. Ketika China sedang tumbuh, kita memiliki hak untuk mengkritik. Kami ingin meningkatkan dorongan agar China menjadi lebih demokratis," papar Jagland.