Aktivitas UMA meningkat 100% lebih di 2016



JAKARTA. Pergerakan saham di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA) sepanjang 2016 lalu meningkat drastis. Dari semula hanya 50 UMA pada 2015, naik lebih dari 100% menjadi 128 UMA sepanjang 2016.

"Ini karena adanya kenaikan rata-rata transaksi harian di bursa," ujar Direktur Bursa Efek Indonesia Hamdi Hassyarbaini disela kegiatan Edukasi Wartawan Pasar Modal 'Mekanisme Pengawasan Transaksi Saham', Kamis (12/1).

Jadi, kenaikan itu wajar karena sejalan dengan meningkatnya aktivitas transaksi. Catatan saja, rata-rata transaksi harian sepanjang 2016 mencapai Rp 7,49 triliun, naik sekitar 42% dibanding periode yang sama tahun 2015.


Lagi pula, lanjut Hamdi, UMA bukan berarti menunjukkan adanya pelanggaran. UMA hanya merupakan alert pertama yang ditujukan kepada investor untuk mulai mempertimbangkan kembali keputusan investasinya.

UMA memang bisa berujung pada suspensi. Tapi jika setelah UMA pergerakan harga sahamnya kembali normal, maka status UMA otomatis hilang bahkan sebelum adanya suspensi.

Jadi, adanya UMA murni hanya untuk membuat investor khususnya yang masih awam untuk tetap waspada. Sebab, ada banyak praktik manipulasi di pasar modal.

Manipulasi yang paling sering terjadi adalah, transaksi semu, front running, unusual volume/value transaction dan pembentukan harga penutupan (marking the close).

Keempat manipulasi tersebut tujuannya sama. Membuat sahamnya bergerak untuk membentuk harga tertentu yang sebelumnya sudah ditentukan oleh oknum. "Tapi, harga yang terbentuk itu hanya manipulasi, tidak murni karena fundamental emitennya," imbuh Hamdi.

Saat ini, BEI menggunakan aplikasi SMARTS yang langsung terintegrasi ke JATS dalam urusan pengawasan transaksi. Semua pergerakan terekam melalui dua sistem tersebut.

UMA muncul jika sebuah pergerakan saham telah menyentuh parameter tertentu yang mana parameter tersebut memang sudah ada di dalam SMARTS.

Hanya sedikit orang pula yang mengetahui parameter ini, yakni Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan, yakni Hamdi sendiri dan Direktur Utama BEI Tito Sulistio. "Hampir semua bursa di dunia menggunakan SMARTS," pungkas Hamdi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto