Berkat aktuaris, perusahaan asuransi bisa merancang produk-produk asuransi dan keuangan perusahaan dengan lancar. Tak heran, profesi yang bersyarat wajib jago hitungan ini juga dibutuhkan bidang usaha jasa keuangan lainnya.Kala menyebut perusahaan asuransi, pasti kita bakal memalingkan arah ke agen asuransi. Berkat kepiawaian si agen menjual produk asuransi, perusahaan bisa meraup pendapatan besar, terutama dari pembayaran premi nasabah. Alhasil, tak jarang perusahaan asuransi memasang foto agen-agen asuransi tersukses yang berhasil menjaring banyak nasabah di iklan.Tapi, jangan salah, keandalan para agen menjajakan produk-produk asuransi kepada nasabah sesungguhnya berkat produk asuransi yang bersangkutan. Segala omongan agen asuransi pasti mengacu pada profil produk asuransi ini.Meramu produk asuransi agar cespleng memikat calon nasabah butuh keterampilan khusus. Ini mirip-mirip keterampilan tabib meramu jamu. Tak sembarang orang tahu ilmunya. Nah, di bisnis asuransi, tabib peramu produk seperti ini disebut aktuaris. Para aktuaris tak cuma bertugas meracik formula produk, tapi juga punya tanggungjawab menyelaraskan keuangan perusahaan asuransi. Mereka harus menghitung beragam rasio keuangan untuk menjamin janji pembayaran klaim dan pemberian manfaat kepada nasabah bisa terpenuhi.Lewat kelihaian aktuaris mengoperasikan kalkulator-lah, perusahaan asuransi bisa tenang menjalankan bisnisnya. Aktuaris yang menghitung dengan cermat, misalnya, kebutuhan minimal dana cadangan perusahaan asuransi.Tidak cuma di asuransiTak mengherankan, karena peran penting aktuaris inilah banyak perusahaan asuransi merasa perlu mempekerjakan aktuaris. Sayang, dari 237 juta lebih penduduk Indonesia, ternyata cuma segelintir orang yang menekuni berprofesi ini. Menurut hitungan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), saat ini, tidak lebih dari 150 aktuaris saja yang ada di Indonesia. Padahal, Kementerian Keuangan sudah membuat beleid yang mengharuskan setiap perusahaan asuransi mempunyai minimal dua aktuaris. Seorang aktuaris bertugas sebagai aktuaris perusahaan yang bertugas menjaga arus keluar masuk dana. Seorang aktuaris yang lain sebagai aktuaris produk alias peramu produk-produk asuransi.Namun, sebagian besar aktuaris justru tidak berkutat di perusahaan asuransi. Mereka lebih banyak bekerja sebagai konsultan aktuaria. Imbasnya, bisa ketebak, banyak perusahaan asuransi yang cuma punya satu aktuaris. Bahkan, konon, ada perusahaan asuransi yang tidak punya aktuaris sama sekali.Rupanya, peran aktuaris tidak cuma ada di perusahaan asuransi saja, industri keuangan yang lain juga butuh aktuaris. “Setiap perusahaan yang mengeluarkan produk berjangka pasti membutuhkan aktuaris,” ungkap Risza Bambang, konsultan aktuaria dari Padma Radya Aktuaria.Ini berarti, perusahaan yang bergelut di bidang manajemen investasi bahkan perbankan juta membutuhkan jasa aktuaris, apalagi dana pensiun. Tak cuma itu, perusahaan nonjasa keuangan juga sangat memerlukan peran aktuaris untuk menghitung nilai manfaat para karyawan kelak saat mereka memasuki masa purnabakti atawa pensiun. Lagi-lagi cuma aktuaris yang tahu ilmu menghitung berapa dana yang harus disiapkan perusahaan itu.Makanya, banyak aktuaris memilih mendirikan konsultan aktuaria ketimbang berkeja pada salah satu perusahaan asuransi. Fenomena ini muncul sebelum ada aturan yang mewajibkan perusahaan asuransi harus punya aktuaris. Risza menghitung, kala Padma Radya berdiri awal tahun 2000 lalu, jumlah konsultan aktuaria masih bisa dihitung dengan jari. Tapi, kini ada 30 perusahaan konsultan aktuaria.Tapi, ya itu tadi, stok aktuaris sangat terbatas. Untuk mencetak seorang aktuaris pun tidak mudah. Layaknya seorang dokter atau analis pasar modal, aktuaris harus punya sertifikat yang mengidentifikasi bahwa dia seorang aktuaris. Gelar ini bernama Fellowship of the Society of Actuaries of Indonesia (FSAI). “Paling setiap tahun, aktuaris baru yang bergelar FSAI sekitar 3 orang,” tutur Ade Bungsu, Wakil Ketua PAI Bidang Industri.FSAI adalah gelar aktuaris yang sudah mendapat pengakuan dari organisasi aktuaris internasional: International Actuarial Association (IAI).Tidak heran, saking menjadi incaran banyak perusahaan, terutama di bidang asuransi dan jasa keuangan, para aktuaris bisa berpindah-pindah tempat kerjaan alias menjadi kutu loncat dengan gampang.Coba saja tengok pengalaman Ade. Sebelum menjabat sebagai Chief Marketing Actuary and Head of Syariah PT AIA Financial, ia dulu bekerja sebagai seorang aktuaris di PT Prudential Life Assurance. Jabatan yang lebih tinggi dia capai setelah menggapai gelar FSAI dua tahun lalu. Gelar tertinggi bagi aktuaris Indonesia ini, tentu, menjadi modal berharga bagi Ade untuk meraih posisi yang lebih baik lagi. “Saya pun bersedia ke AIA Financial,” katanya.Adapun Riana Magdalena, Chief Actuary Padma Radya, bertutur, sebelum bersama sang suami, Risza dan tiga rekan lainnya mendirikan Padma Radya, ia sudah berkarier lebih dulu sebagai aktuaris di beberapa perusahaan asuransi. Salah satunya, Ing Barrings dengan jabatan sebagai chief actuary. Sedangkan, Risza Bambang sebelumnya pernah bekerja di perusahaan asuransi AIG dengan jabatan terakhir setingkat associate director.Nah, pendirian Padma Radya bukan tanpa cerita unik. Sesudah mengenyam pengalaman sebagai aktuaris di sejumlah perusahaan asuransi, Riana dan Risza bergabung dengan perusahaan konsultan dan akuntan publik Deloitte Indonesia.Kala itu tugas Riana dan Risza tetap sebagai aktuaris. Soalnya, dalam membuat laporan keuangan per kuartal atau tahunan dari klien, seorang aktuaris mempunyai peran menghitung item-item kewajiban imbalan kerja. Terutama untuk perusahaan non-asuransi.Saat Deloitte berkeinginan melepas divisi aktuaria, Risza, Riana, dan tiga orang koleganya mengambil alih unit ini dan memberi nama Padma Radya Aktuaria hingga kini.Padma Radya mendapat keuntungan besar setelah mengakuisisi Divisi Aktuaria Deloitte. Sebab, klien loyal Deloitte tetap memakai jasa Padma Radya hingga kini. Jumlah klien yang awalnya cuma ratusan kini mencapai 1.500 klien.Harus suka hitunganKian moncer profesi aktuaris tidak terlepas dari sikap dan tindakan para aktuaris itu sendiri. Selain punya gelar akademis, aktuaris juga dituntut bertindak secara profesional. Jadi, setiap persoalan keuangan yang mereka tangani harus dipecahkan secara matang dan bisa dipertanggungjawabkan.Yang paling penting adalah mengungkapkan fakta apa adanya. Jika kinerja keuangan sebuah perusahaan ternyata merah, harus bilang merah. Begitu pula sebaliknya. Bukan apa-apa, perusahaan yang aktuaris tangani berhubungan langsung dengan orang banyak.Tanggungjawab yang tidak ringan ini membuat imbalan aktuaris tergolong wah. Aktuaris tingkat pemula bergelar FSAI sanggup membawa pulang uang minimal Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per bulan.Jika si aktuaris tergolong andal dan punya jejak rekam yang baik, perusahaan terutama perusahaan asuransi tak keberatan mengganjar mereka dengan gaji antara Rp 40 juta sampai Rp 60 juta sebulan. Wow, artinya, gaji aktuaris yang sudah memiliki nama bisa setara dengan gaji direktur sebuah perusahaan.Nilai gaji ini bisa berlipat ganda lagi kalau Anda bertindak sebagai konsultan aktuaria. Contohnya, ya, Padma Radya. Salah satu konsultan aktuaria terbesar di Indonesia ini sanggup menggaet 1.500 klien. Kalau dari setiap klien Padma Radya mendapat imbalan rata-rata sekitar Rp 10 juta, berarti pendapatan mereka lebih dari Rp 15 miliar per tahun.Namun, pendapatan yang tinggi ini sepadan dengan ritme kerja dari seorang aktuaris. Aktuaris yang bekerja di perusahaan asuransi, misalnya, saban pekan harus merancang produk asuransi terbaru. Meski produk sebelumnya belum mendapat izin dipasarkan dari pihak terkait. Tugas ini biasanya banyak diemban aktuaris di perusahaan asuransi patungan atau asing.Aktuaris yang menjadi konsultan aktuaria tentu memiliki ritme kerja yang berbeda. Mereka menghadapi masa panen dan masa tenang. Biasanya masa sibuk terjadi di bulan-bulan menjelang pengumuman laporan keuangan, yaitu antara bulan Maret–April atau bulan-bulan jelang akhir tahun. “Kalau lagi sibuk, ya, bisa pulang malam terus,” kata Riana Magdalena sambil tersenyum.Nah, apakah Anda merasa tertantang menjadi aktuaris? Ada syarat utama yang wajib Anda miliki. Anda harus jago menghitung. Maklum dunia kerja aktuaris sarat dengan hitungan matematika serta statistik. Makanya, tidak heran sejumlah aktuaris punya latar belakang pendidikan matematika.Risza dan Riana, contohnya, lulusan Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Ade juga lulus institusi yang sama.Selain syarat itu, Endro Subagyo, Kepala Departemen Aktuaria PT Asuransi Bumiputera, menambahkan, aktuaris harus mampu merancang program secara cepat. Apalagi di perusahaan asuransi yang banyak nasabah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Aktuaris, sang peramu produk yang jago hitungan pelik
Berkat aktuaris, perusahaan asuransi bisa merancang produk-produk asuransi dan keuangan perusahaan dengan lancar. Tak heran, profesi yang bersyarat wajib jago hitungan ini juga dibutuhkan bidang usaha jasa keuangan lainnya.Kala menyebut perusahaan asuransi, pasti kita bakal memalingkan arah ke agen asuransi. Berkat kepiawaian si agen menjual produk asuransi, perusahaan bisa meraup pendapatan besar, terutama dari pembayaran premi nasabah. Alhasil, tak jarang perusahaan asuransi memasang foto agen-agen asuransi tersukses yang berhasil menjaring banyak nasabah di iklan.Tapi, jangan salah, keandalan para agen menjajakan produk-produk asuransi kepada nasabah sesungguhnya berkat produk asuransi yang bersangkutan. Segala omongan agen asuransi pasti mengacu pada profil produk asuransi ini.Meramu produk asuransi agar cespleng memikat calon nasabah butuh keterampilan khusus. Ini mirip-mirip keterampilan tabib meramu jamu. Tak sembarang orang tahu ilmunya. Nah, di bisnis asuransi, tabib peramu produk seperti ini disebut aktuaris. Para aktuaris tak cuma bertugas meracik formula produk, tapi juga punya tanggungjawab menyelaraskan keuangan perusahaan asuransi. Mereka harus menghitung beragam rasio keuangan untuk menjamin janji pembayaran klaim dan pemberian manfaat kepada nasabah bisa terpenuhi.Lewat kelihaian aktuaris mengoperasikan kalkulator-lah, perusahaan asuransi bisa tenang menjalankan bisnisnya. Aktuaris yang menghitung dengan cermat, misalnya, kebutuhan minimal dana cadangan perusahaan asuransi.Tidak cuma di asuransiTak mengherankan, karena peran penting aktuaris inilah banyak perusahaan asuransi merasa perlu mempekerjakan aktuaris. Sayang, dari 237 juta lebih penduduk Indonesia, ternyata cuma segelintir orang yang menekuni berprofesi ini. Menurut hitungan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), saat ini, tidak lebih dari 150 aktuaris saja yang ada di Indonesia. Padahal, Kementerian Keuangan sudah membuat beleid yang mengharuskan setiap perusahaan asuransi mempunyai minimal dua aktuaris. Seorang aktuaris bertugas sebagai aktuaris perusahaan yang bertugas menjaga arus keluar masuk dana. Seorang aktuaris yang lain sebagai aktuaris produk alias peramu produk-produk asuransi.Namun, sebagian besar aktuaris justru tidak berkutat di perusahaan asuransi. Mereka lebih banyak bekerja sebagai konsultan aktuaria. Imbasnya, bisa ketebak, banyak perusahaan asuransi yang cuma punya satu aktuaris. Bahkan, konon, ada perusahaan asuransi yang tidak punya aktuaris sama sekali.Rupanya, peran aktuaris tidak cuma ada di perusahaan asuransi saja, industri keuangan yang lain juga butuh aktuaris. “Setiap perusahaan yang mengeluarkan produk berjangka pasti membutuhkan aktuaris,” ungkap Risza Bambang, konsultan aktuaria dari Padma Radya Aktuaria.Ini berarti, perusahaan yang bergelut di bidang manajemen investasi bahkan perbankan juta membutuhkan jasa aktuaris, apalagi dana pensiun. Tak cuma itu, perusahaan nonjasa keuangan juga sangat memerlukan peran aktuaris untuk menghitung nilai manfaat para karyawan kelak saat mereka memasuki masa purnabakti atawa pensiun. Lagi-lagi cuma aktuaris yang tahu ilmu menghitung berapa dana yang harus disiapkan perusahaan itu.Makanya, banyak aktuaris memilih mendirikan konsultan aktuaria ketimbang berkeja pada salah satu perusahaan asuransi. Fenomena ini muncul sebelum ada aturan yang mewajibkan perusahaan asuransi harus punya aktuaris. Risza menghitung, kala Padma Radya berdiri awal tahun 2000 lalu, jumlah konsultan aktuaria masih bisa dihitung dengan jari. Tapi, kini ada 30 perusahaan konsultan aktuaria.Tapi, ya itu tadi, stok aktuaris sangat terbatas. Untuk mencetak seorang aktuaris pun tidak mudah. Layaknya seorang dokter atau analis pasar modal, aktuaris harus punya sertifikat yang mengidentifikasi bahwa dia seorang aktuaris. Gelar ini bernama Fellowship of the Society of Actuaries of Indonesia (FSAI). “Paling setiap tahun, aktuaris baru yang bergelar FSAI sekitar 3 orang,” tutur Ade Bungsu, Wakil Ketua PAI Bidang Industri.FSAI adalah gelar aktuaris yang sudah mendapat pengakuan dari organisasi aktuaris internasional: International Actuarial Association (IAI).Tidak heran, saking menjadi incaran banyak perusahaan, terutama di bidang asuransi dan jasa keuangan, para aktuaris bisa berpindah-pindah tempat kerjaan alias menjadi kutu loncat dengan gampang.Coba saja tengok pengalaman Ade. Sebelum menjabat sebagai Chief Marketing Actuary and Head of Syariah PT AIA Financial, ia dulu bekerja sebagai seorang aktuaris di PT Prudential Life Assurance. Jabatan yang lebih tinggi dia capai setelah menggapai gelar FSAI dua tahun lalu. Gelar tertinggi bagi aktuaris Indonesia ini, tentu, menjadi modal berharga bagi Ade untuk meraih posisi yang lebih baik lagi. “Saya pun bersedia ke AIA Financial,” katanya.Adapun Riana Magdalena, Chief Actuary Padma Radya, bertutur, sebelum bersama sang suami, Risza dan tiga rekan lainnya mendirikan Padma Radya, ia sudah berkarier lebih dulu sebagai aktuaris di beberapa perusahaan asuransi. Salah satunya, Ing Barrings dengan jabatan sebagai chief actuary. Sedangkan, Risza Bambang sebelumnya pernah bekerja di perusahaan asuransi AIG dengan jabatan terakhir setingkat associate director.Nah, pendirian Padma Radya bukan tanpa cerita unik. Sesudah mengenyam pengalaman sebagai aktuaris di sejumlah perusahaan asuransi, Riana dan Risza bergabung dengan perusahaan konsultan dan akuntan publik Deloitte Indonesia.Kala itu tugas Riana dan Risza tetap sebagai aktuaris. Soalnya, dalam membuat laporan keuangan per kuartal atau tahunan dari klien, seorang aktuaris mempunyai peran menghitung item-item kewajiban imbalan kerja. Terutama untuk perusahaan non-asuransi.Saat Deloitte berkeinginan melepas divisi aktuaria, Risza, Riana, dan tiga orang koleganya mengambil alih unit ini dan memberi nama Padma Radya Aktuaria hingga kini.Padma Radya mendapat keuntungan besar setelah mengakuisisi Divisi Aktuaria Deloitte. Sebab, klien loyal Deloitte tetap memakai jasa Padma Radya hingga kini. Jumlah klien yang awalnya cuma ratusan kini mencapai 1.500 klien.Harus suka hitunganKian moncer profesi aktuaris tidak terlepas dari sikap dan tindakan para aktuaris itu sendiri. Selain punya gelar akademis, aktuaris juga dituntut bertindak secara profesional. Jadi, setiap persoalan keuangan yang mereka tangani harus dipecahkan secara matang dan bisa dipertanggungjawabkan.Yang paling penting adalah mengungkapkan fakta apa adanya. Jika kinerja keuangan sebuah perusahaan ternyata merah, harus bilang merah. Begitu pula sebaliknya. Bukan apa-apa, perusahaan yang aktuaris tangani berhubungan langsung dengan orang banyak.Tanggungjawab yang tidak ringan ini membuat imbalan aktuaris tergolong wah. Aktuaris tingkat pemula bergelar FSAI sanggup membawa pulang uang minimal Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per bulan.Jika si aktuaris tergolong andal dan punya jejak rekam yang baik, perusahaan terutama perusahaan asuransi tak keberatan mengganjar mereka dengan gaji antara Rp 40 juta sampai Rp 60 juta sebulan. Wow, artinya, gaji aktuaris yang sudah memiliki nama bisa setara dengan gaji direktur sebuah perusahaan.Nilai gaji ini bisa berlipat ganda lagi kalau Anda bertindak sebagai konsultan aktuaria. Contohnya, ya, Padma Radya. Salah satu konsultan aktuaria terbesar di Indonesia ini sanggup menggaet 1.500 klien. Kalau dari setiap klien Padma Radya mendapat imbalan rata-rata sekitar Rp 10 juta, berarti pendapatan mereka lebih dari Rp 15 miliar per tahun.Namun, pendapatan yang tinggi ini sepadan dengan ritme kerja dari seorang aktuaris. Aktuaris yang bekerja di perusahaan asuransi, misalnya, saban pekan harus merancang produk asuransi terbaru. Meski produk sebelumnya belum mendapat izin dipasarkan dari pihak terkait. Tugas ini biasanya banyak diemban aktuaris di perusahaan asuransi patungan atau asing.Aktuaris yang menjadi konsultan aktuaria tentu memiliki ritme kerja yang berbeda. Mereka menghadapi masa panen dan masa tenang. Biasanya masa sibuk terjadi di bulan-bulan menjelang pengumuman laporan keuangan, yaitu antara bulan Maret–April atau bulan-bulan jelang akhir tahun. “Kalau lagi sibuk, ya, bisa pulang malam terus,” kata Riana Magdalena sambil tersenyum.Nah, apakah Anda merasa tertantang menjadi aktuaris? Ada syarat utama yang wajib Anda miliki. Anda harus jago menghitung. Maklum dunia kerja aktuaris sarat dengan hitungan matematika serta statistik. Makanya, tidak heran sejumlah aktuaris punya latar belakang pendidikan matematika.Risza dan Riana, contohnya, lulusan Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Ade juga lulus institusi yang sama.Selain syarat itu, Endro Subagyo, Kepala Departemen Aktuaria PT Asuransi Bumiputera, menambahkan, aktuaris harus mampu merancang program secara cepat. Apalagi di perusahaan asuransi yang banyak nasabah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News