Ikan hias demasoni termasuk ikan yang sedikit agresif seperti jenis ikan cichlid lainnya. Ukuran tubuhnya bertumbuh pada ukuran maksimal 10 cm-12 cm saja. Cara pembudidayaan ikan berukuran mini ini tidak terlampau sulit. Aliyudin Purnama, pembudidaya ikan hias demasoni asal Subang, Jawa Barat mengatakan, mulai dari pembibitan hingga menjadi siap dikawinkan membutuhkan waktu sekitar setahun. Setelah itu, dalam perkembangbiakannya dari pemijahan sampai panen butuh waktu maksimal empat bulan. Pada bulan kedua, biasanya Aliyudin memisahkan ikan-ikan demasoni dipindahkan ke wadah pembesaran hingga sampai dipanen.
Tempat pembibitan bisa berupa kolam atau akuarium. Kebersihan tempat pembiakan harus tetap terjaga dan juga tingkat keasamannya perlu diperhatikan. Air kolam atau akuarium harus dibersikan setiap hari dari kotoran. Untuk pembudidayaan dalam jumlah besar, akuarium tidak perlu diberikan hiasan. Ini untuk mempermudah proses pembersihan air akuarium. Dalam proses pembiakan, Aliyudin dibantu oleh 10 petani lain yang menjadi binaannya. Saat ini dia membudidayakan demasoni di atas lahan 1.000 meter persegi (m²) dengan ratusan kolam berukuran 2 m x 2 m dan 4 m x 2 m. Pakan yang dibutuhkan berupa cacing pelet bentuk granule sebanyak 5 kilogram (kg) per bulan. Aliyudin menggunakan pelet jenis Tetra Bits dengan rata-rata biaya sekitar Rp 500.000 per bulan. Deden Heri, petani asal Gunung Batu, Jawa Barat menambahkan, sebelum kolam atau akuarium diisi air, perlu diperhatikan jenis tingkat keasaman air dan suhu udara. Biasanya air harus melalui proses pengukuran terlebih dahulu. Untuk ikan hias yang berasal dari Afrika biasanya hidup di daerah dengan air yang bersifat basa. “Air yang digunakan untuk membudidayakan ikan ini yang memiliki pH sekitar 7 dan bisa diambil dari air sumur,” kata Deden.