KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Keberlanjutan program hilirisasi yang diusung Presiden Joko Widodo menjadi topik yang hangat dibahas para Calon Presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres) 2024. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai, program hilirisasi sangat penting lantaran bisa menjadi nilai tambah dan juga akan berkontribusi baik kepada Produk Domestik Bruto (PDB), serta mendukung kegiatan ekspor-impor. Dalam prosesnya, Bahlil mengakui program hilirisasi yang baru berjalan kurang lebih 4 tahun terakhir belum sempurna. Menurutnya hal tersebut merupakan hal wajar karena masih dalam tahapan awal.
Baca Juga: Jokowi Desak Jajarannya Percepat Realisasi Belanja Anggaran Hingga 95% “Ini baru 4-5 tahun dalam rangka mewujudkan Undang-Undang. Yang namanya kita kaya bayi jatuh bangun biasa. Tapi alhamdulillah kita ini jalan sekalipun ada kekurangan kita cepat melakukan respons terhadap perbaikan,” tutur Bahlil dalam agenda Media Center Indonesia Maju dengan tema Diskusi “Hilirisasi untuk Negeri” Senin (11/12). Bahlil berharap agar Presiden maupun Menteri Investasi selanjutnya bisa melanjutkan program hilirisasi. Sebab, program ini juga sudah dirancang sebagai pintu jalan menuju Indonesia Emas di 2045, agar kontribusi pertumbuhan ekonomi paling besar tidak hanya dari konsumsi. “Semua negara yang baik, sehat dan berkualitas pertumbuhan ekonominya itu apabila investasi ekspor impor jauh lebih dominan ketimbang konsumsi. Sekarang kita ekspor-impor kita
push nih, investasi kita push juga,” tambahnya. Adapun, Bahlil mencontohkan, salah satu dampak positif dari hilirisasi terhadap perekonomian domestik ialah pertambahan nilai dari ekspor komoditas nikel.
Baca Juga: Hingga 5 Desember, Kemenkeu Salurkan Anggaran Penurunan Stunting Rp 74,18 Triliiun Ia menyebutkan, nilai ekspor komoditas nikel hanya mencapai US$ 3,3 miliar pada periode 2018, namun setelah larangan ekspor komoditas bijih nikel dan hilirisasi diberlakukan, nilai ekspor nikel terus bertambah, hingga mencapai US$ 33 miliar pada 2022. “Begitu kita menyetop (ekspor) nikel hasilnya jadi naik 10 kali lipat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Bahlil menerangkan hilirisasi tidak hanya akan terfokus pada komoditas nikel saja. Sebagaimana tercantum dalam peta jalan atau
roadmap hilirisasi 2040, pemerintah menargetkan nilai investasi dari hilirisasi mencapai US$ 545,3 miliar pada 2040, yang berasal dari 8 bagian dan 21 komoditas.
Baca Juga: Jokowi Tanggapi Polemik Rencana Gubernur Jakarta Ditetapkan Presiden di RUU DKJ “Dengan area yang jelas ini juga salah satu pintu gerbang bagaimana Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah dan bagaimana meningkatkan PDB kita, serta bagaimana meningkatkan pendapatan per kapita kita,” ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli