JAKARTA. Tidak sia-sia memang saham PT Asuransi Bangun Askrida dikempit oleh 54 pemegang saham yang 26 di antaranya merupakan pemerintah provinsi. Buktinya, di tengah upaya perusahaan asuransi memupuk permodalan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 agar mencapai sedikitnya Rp 100 miliar pada akhir tahun nanti, Askrida malah kebanjiran tawaran suntikan modal. Sayang, tawaran manis tersebut justru dilewatkan oleh Ai Sobaryadi, Direktur Utama Askrida. Menurut dia, saat ini, perseroannya malah memiliki modal nganggur (idle capital) yang tercermin dari tingginya risk based capital (RBC) perseroan yang lebih dari 250% atau jauh di atas ketentuan pemerintah yang sebesar 120%. “Kami menahan diri untuk menerima suntikan modal karena harus jelas terlebih dahulu penggunaannya untuk apa. Karena, modal besar itu tuntutannya dividen juga tinggi loh. Kami lebih menginginkan pengembangan anorganik, misalnya lewat akuisisi perusahaan asuransi jiwa atau umum,” ujarnya kemarin (2/7).
Akuisisi asuransi lain, Askrida akan bahas di RUPS
JAKARTA. Tidak sia-sia memang saham PT Asuransi Bangun Askrida dikempit oleh 54 pemegang saham yang 26 di antaranya merupakan pemerintah provinsi. Buktinya, di tengah upaya perusahaan asuransi memupuk permodalan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 agar mencapai sedikitnya Rp 100 miliar pada akhir tahun nanti, Askrida malah kebanjiran tawaran suntikan modal. Sayang, tawaran manis tersebut justru dilewatkan oleh Ai Sobaryadi, Direktur Utama Askrida. Menurut dia, saat ini, perseroannya malah memiliki modal nganggur (idle capital) yang tercermin dari tingginya risk based capital (RBC) perseroan yang lebih dari 250% atau jauh di atas ketentuan pemerintah yang sebesar 120%. “Kami menahan diri untuk menerima suntikan modal karena harus jelas terlebih dahulu penggunaannya untuk apa. Karena, modal besar itu tuntutannya dividen juga tinggi loh. Kami lebih menginginkan pengembangan anorganik, misalnya lewat akuisisi perusahaan asuransi jiwa atau umum,” ujarnya kemarin (2/7).