JAKARTA. Akuisisi PT Axis Telekom Indonesia (Axis) oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) segera tuntas. Pekan lalu, EXCL sudah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales and purchase agreement (CSAP) dengan Teleglobal Investment BV, anak usaha Saudi Telecom Company (STC) selaku pemilik Axis.Secara ringkas, isi CSAP adalah EXCL sepakat membeli 95% saham Axis milik Teleglobal. Para pihak sepakat mematok 100% saham Axis pada harga US$ 865 juta. Artinya, EXCL harus merogoh kocek US$ 821,75 juta atau setara Rp 9,45 triliun (kursĀ US$ 1=Rp 11.500) untuk memboyong 95% saham Axis.Reza Nugraha, analis MNC Securities menilai, di satu sisi, aksi ini merupakan ikhtiar EXCL untuk memacu pertumbuhan kinerja keuangan secara anorganik. Dalam beberapa waktu terakhir, kinerja EXCL jauh dari harapan. Di semester I 2013 misalnya, laba bersih EXCL turun 54,12% year on year (yoy) menjadi Rp 689,43 miliar.Namun, kehadiran Axis tidak serta-merta mendongkrak kinerja keuangan EXCL. "Rugi Axis cukup besar, dalam jangka pendek bahkan akan menggerus keuangan EXCL," ungkap Reza, Selasa (1/10).Pada pertengahan tahun 2013, Axis membukukan pendapatan Rp 1,49 triliun. Namun akibat tingginya beban layanan, Axis harus puas membukukan rugi bersih Rp 1,62 triliun.Princy Singh, analis JP Morgan dalam risetnya berpandangan, EXCL bakal terbebani pasca mengakuisisi Axis. Hitungan dia, kinerja EXCL bisa terdilusi 24% di tahun 2014. Singh memiliki tiga asumsi atas kinerja EXCL tersebut.Pertama, EXCL akan mengurangi rugi bersih Axis hingga 75% di tahun depan. Kedua, EXCL juga diasumsikan bisa menyokong belanja modal alias capital expenditure (capex) Axis senilai Rp 3 triliun. Dan asumsi ketiga, EXCL akan mendorong pengurangan beban bunga utang Axis sebesar 7%.EXCL mesti bersabar menyapih Axis agar mampu menyumbang laba yang signifikan baik dalam jangka menengah maupun panjang. Toh, kehadiran Axis bakal memperlebar spektrum frekuensi EXCL yang kini hanya memiliki panjang pita frekuensi 7,5 MHz di 900 MHz (2G), 7,5 MHz di 1.800 MHz (2G), dan 15 MHz di 2,1 GHz (3G).Terkait pendanaan, Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur EXCL bilang, EXCL tengah menyiapkan dua sumber dana. Pertama pinjaman induk usaha, Axiata Investments Sdn Bhd, yang bakal mendapatkan dana segar lewat penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Kuala Lumpur, Malaysia senilai US$ 500 juta. Kedua, dari pinjaman perbankan.Sayang, rasio utang berbanding ekuitas atau debt to equity ratio (DER) EXCL tak bisa dibilang kecil. Akhir Juni, DER EXCL sudah 1,57 kali dan akan membengkak menjadi 2,20 kali dengan utang untuk akuisisi Axis.Reza merekomendasikan hold saham EXCL dengan target harga Rp 4.700. Sementara Singh memberi rekomendasi underweight saham EXCL dengan target harga Rp 3.900.Alvian Andrean, analis Bahana Securities masih merekomendasikan beli saham EXCL dengan target Rp 5.375. Ia bilang, Axis bisa berkontribusi positif bagi EXCL dalam jangka menengah panjang. kemarin, harga EXCL turun 1,18% ke Rp 4.200.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Akuisisi Axis, ikhtiar EXCL agar lebih eksis
JAKARTA. Akuisisi PT Axis Telekom Indonesia (Axis) oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) segera tuntas. Pekan lalu, EXCL sudah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales and purchase agreement (CSAP) dengan Teleglobal Investment BV, anak usaha Saudi Telecom Company (STC) selaku pemilik Axis.Secara ringkas, isi CSAP adalah EXCL sepakat membeli 95% saham Axis milik Teleglobal. Para pihak sepakat mematok 100% saham Axis pada harga US$ 865 juta. Artinya, EXCL harus merogoh kocek US$ 821,75 juta atau setara Rp 9,45 triliun (kursĀ US$ 1=Rp 11.500) untuk memboyong 95% saham Axis.Reza Nugraha, analis MNC Securities menilai, di satu sisi, aksi ini merupakan ikhtiar EXCL untuk memacu pertumbuhan kinerja keuangan secara anorganik. Dalam beberapa waktu terakhir, kinerja EXCL jauh dari harapan. Di semester I 2013 misalnya, laba bersih EXCL turun 54,12% year on year (yoy) menjadi Rp 689,43 miliar.Namun, kehadiran Axis tidak serta-merta mendongkrak kinerja keuangan EXCL. "Rugi Axis cukup besar, dalam jangka pendek bahkan akan menggerus keuangan EXCL," ungkap Reza, Selasa (1/10).Pada pertengahan tahun 2013, Axis membukukan pendapatan Rp 1,49 triliun. Namun akibat tingginya beban layanan, Axis harus puas membukukan rugi bersih Rp 1,62 triliun.Princy Singh, analis JP Morgan dalam risetnya berpandangan, EXCL bakal terbebani pasca mengakuisisi Axis. Hitungan dia, kinerja EXCL bisa terdilusi 24% di tahun 2014. Singh memiliki tiga asumsi atas kinerja EXCL tersebut.Pertama, EXCL akan mengurangi rugi bersih Axis hingga 75% di tahun depan. Kedua, EXCL juga diasumsikan bisa menyokong belanja modal alias capital expenditure (capex) Axis senilai Rp 3 triliun. Dan asumsi ketiga, EXCL akan mendorong pengurangan beban bunga utang Axis sebesar 7%.EXCL mesti bersabar menyapih Axis agar mampu menyumbang laba yang signifikan baik dalam jangka menengah maupun panjang. Toh, kehadiran Axis bakal memperlebar spektrum frekuensi EXCL yang kini hanya memiliki panjang pita frekuensi 7,5 MHz di 900 MHz (2G), 7,5 MHz di 1.800 MHz (2G), dan 15 MHz di 2,1 GHz (3G).Terkait pendanaan, Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur EXCL bilang, EXCL tengah menyiapkan dua sumber dana. Pertama pinjaman induk usaha, Axiata Investments Sdn Bhd, yang bakal mendapatkan dana segar lewat penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Kuala Lumpur, Malaysia senilai US$ 500 juta. Kedua, dari pinjaman perbankan.Sayang, rasio utang berbanding ekuitas atau debt to equity ratio (DER) EXCL tak bisa dibilang kecil. Akhir Juni, DER EXCL sudah 1,57 kali dan akan membengkak menjadi 2,20 kali dengan utang untuk akuisisi Axis.Reza merekomendasikan hold saham EXCL dengan target harga Rp 4.700. Sementara Singh memberi rekomendasi underweight saham EXCL dengan target harga Rp 3.900.Alvian Andrean, analis Bahana Securities masih merekomendasikan beli saham EXCL dengan target Rp 5.375. Ia bilang, Axis bisa berkontribusi positif bagi EXCL dalam jangka menengah panjang. kemarin, harga EXCL turun 1,18% ke Rp 4.200.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News