JAKARTA. Pembatalan akuisisi Batavia Air oleh AirAsia dinilai akan menguntungkan Indonesia. Sebab, pihak asing tidak akan menguasai maskapai dalam negeri. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat penerbangan Dudi Sudibyo di Jakarta, Rabu (17/10). "Maskapai domestik seharusnya kuat di dalam negeri dulu. Kalau sudah kuat di dalam negeri, baru ekspansi ke luar. Untung saja akuisisi batal, jadi perusahaan kami tidak dikuasai oleh asing melulu," kata Dudi kepada
Kompas.com. Menurut Dudi, prospek bisnis penerbangan di dalam negeri masih sangat bagus. Bila mampu menjalankan bisnis secara tepat dan efisien, maka pihak maskapai diharapkan bisa mendapat keuntungan gemilang di dalam negeri.
Di sisi lain, Batavia Air dinilai tidak perlu ekspansi rute ke luar negeri dulu. Sebab, rute-rute domestik masih belum banyak dilayani oleh beberapa maskapai. "Batavia ini kan aneh, rute di dalam negeri belum banyak digarap, malah terbang ke Timur Tengah. Di sana kan banyak kompetitor besar. Sebaiknya kuatkan rute dalam negeri dulu," tambahnya. Dudi menyarankan agar Batavia Air bisa meniru model bisnis Garuda Indonesia. Selama ini, maskapai pelat merah tersebut fokus melayani rute penerbangan domestik. Setelah kuat di domestik, Garuda Indonesia mulai melayani penerbangan dari dan ke luar negeri. "Selain itu, yang penting adalah positioning-nya. Batavia Air ini mau bergerak di
level low cost carrier (penerbangan berbiaya murah),
medium, atau
high class. Itu yang harus diperjelas," katanya. Sekadar catatan, AirAsia Berhad bersama dengan rekan usaha PT Fersindo Nusaperkasa telah membatalkan akuisisi Batavia Air. AirAsia Berhad mengubah strategi dari kesepakatan yang telah dicapai pada 26 Juli 2012 lalu. CEO Grup AirAsia Tony Fernandes menjelaskan, pihaknya melakukan perubahan strategi pada conditional share sale agreement (CSSA) bersama rekan usahanya, PT Fersindo Nusaperkasa, untuk membeli PT Metro Batavia yang mengoperasikan maskapai penerbangan Indonesia, Batavia Air (Metro Batavia) dan Aero Flyer Institute (AFI), sebuah sekolah pelatihan penerbangan (bersama dengan Grup Metro Batavia). Menurut Tony, setelah melakukan studi dan proses diskusi yang panjang, berbagai perbedaan budaya dari kedua perusahaan telah menimbulkan perubahan pada persetujuan awal. Proses menyatukan dua perusahaan dengan budaya yang berbeda ini ternyata akan memerlukan waktu dan usaha yang lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Dari awal kami tahu bahwa ini tidak akan menjadi transaksi yang mudah. Akan tetapi, kami mendapat pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga, terutama dalam hal mengembangkan usaha kami di Indonesia," kata Tony di Jakarta, Senin (15/10). Kendati demikian, pihaknya tidak akan menyerah untuk melebarkan sayap di negara yang sangat potensial ini; serta mengusahakan agar rencana IPO dari AirAsia Indonesia dapat terlaksana secepatnya dan tetap melanjutkan kerja sama dengan Batavia Air. Keputusan yang telah dibuat oleh AirAsia dan Batavia Air berdasarkan evaluasi secara menyeluruh dari berbagai pihak. "Waktunya mungkin kurang tepat karena dapat menimbulkan banyak risiko serta dapat mempengaruhi para pemegang saham di antara keduanya," tambahnya. (Didik Purwanto/Kompas.com) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri