Akuisisi bikin bisnis anak ayam CPIN berkotek



JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mengakuisisi peternakan milik PT Sierad Produce Tbk (SIPD). Nilai akuisisi tersebut Rp 430 miliar. Direktur CPIN Eddy Dharmawan mengatakan, hasil akuisisi ini akan menambah kapasitas produksi CPIN sebesar 5% dari total produksi tahun ini.

Sampai saat ini, kapasitas produksi anak ayam usia sehari alias day old chick (DOC)  sekitar 15 juta ekor per minggu. Analis BNI Securities Dessy Lapagu memproyeksikan, penjualan CPIN tahun ini bisa tumbuh 15% dengan pertumbuhan volume penjualan 10%. "Target ini bisa tercapai, dengan dukungan akuisisi peternakan," kata dia.

Analis Minna Padi Investama Andre Setiawan menambahkan, dampak akuisisi ini bisa mempengaruhi cash flow CPIN dalam jangka pendek. Namun, dia melihat, dalam jangka panjang, CPIN akan diuntungkan lantaran produksi yang bertambah.


Dessy bilang, CPIN termasuk pemain besar dalam sektor peternakan. Bisnis CPIN masih didominasi pakan ternak, disusul dari bisnis DOC, dan ayam olahan. Baru-baru ini, CPIN juga merambah ke bisnis minuman. “Bisnisnya sudah mature, CPIN juga buka banyak toko untuk ayam olahan,” kata dia.

Analis Mandiri Sekuritas Herman Koeswanto, dalam risetnya tertanggal 21 Mei 2014, menilai, CPIN adalah pemain terkuat dalam sektor peternakan.

Margin positif

CPIN juga memiliki margin positif dibandingkan dengan emiten sejenis untuk bisnis DOC. Margin CPIN mencapai 15% di kuartal I-2014. Namun, angka ini lebih rendah ketimbang margin pada kuartal I-2013, yakni 22%. Pemain lain, seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), merugi di bisnis DOC. Sementara, margin PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) hanya 3,9%.

Keputusan pemerintah yang membuka kembali batasan suplai DOC ke pasar juga akan menguntungkan CPIN. Maklum, sebelumnya pemerintah mengurangi pasokan DOC ke pasar sebesar 15% untuk menaikkan harga ayam dan telur di tingkat peternak.

Dessy mengatakan, pencabutan kebijakan tersebut akan meningkatkan penjualan CPIN. Apalagi, menjelang lebaran, penjualan CPIN biasanya naik 5%-10%.

Meski demikian, CPIN masih dibayangi sentimen negatif akibat pelemahan rupiah. Maklum, selama ini bahan baku pakan ternak, seperti kedelai, hasil impor. "Harga kedelai sudah naik ke level tertinggi, ini yang memberatkan CPIN," ujar dia. Selain itu, harga kedelai dan jagung juga terancam naik karena pasokan turun akibat El Nino.

Herman memprediksikan, pada tahun ini, pendapatan CPIN akan mencapai Rp 27,6 triliun atau naik 7,85% dari tahun lalu, Rp 25,6 triliun. Sementara, laba bersih CPIN Rp 2,4 triliun, turun tipis 4,2% dari tahun lalu Rp 2,5 triliun.

Dessy pun memperkirakan, pendapatan CPIN tahun ini bisa tumbuh 12%-15% dengan kenaikan laba bersih 5%-10%.

Karena itu, Dessy merekomendasikan buy saham CPIN, tapi ia belum menentukan target harga. Sementara itu, Herman merekomendasikan neutral dengan target harga Rp 4.100 per saham. Sedangkan, Andre merekomendasikan hold dengan target harga Rp 4.000 per saham.  

Rabu (11/6), harga saham CPIN menguat 3,28% ke Rp 3.935 per saham.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana