JAKARTA. Aulia Ersyah Marinto Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) mengatakan bahwa aksi merger dan akuisisi di sektor teknologi dan e-commerce saat ini didorong oleh besarnya potensi pasar. "Dana yang dibutuhkan untuk kue (pasar) tersebut juga besar, tentu tidak bisa sendiri," ungkap Aulia kepada KONTAN Jumat (21/7). Merujuk riset dari Duff & Phelps, nilai dari deal merger dan akuisisi bisnis di Indonesia mencapai US$ 4 miliar di semester I 2017. Dimana investasi yang paling besar berasal dari bisnis e-commerce. Salah satunya, suntikan modal oleh Tencent Holdings ke Go-Jek nilainya mencapai US$1,2 miliar. Lalu disusul oleh Alibaba yang menanamkan modal US $ 1 miliar ke Lazada. Tak heran, sektor teknologi menempati porsi besar dalam total nilai investasi tersebut, yakni mencapai 32%. Menurut Aulia, saat ini semua berbondong-bondong ingin berinvestasi ke dunia e-commerce, maka tak jarang industri besar mulai menyelipkan modalnya kesana, dengan alasan bisnis masa depan.
Akuisisi e-commerce besar karena harus gerak cepat
JAKARTA. Aulia Ersyah Marinto Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) mengatakan bahwa aksi merger dan akuisisi di sektor teknologi dan e-commerce saat ini didorong oleh besarnya potensi pasar. "Dana yang dibutuhkan untuk kue (pasar) tersebut juga besar, tentu tidak bisa sendiri," ungkap Aulia kepada KONTAN Jumat (21/7). Merujuk riset dari Duff & Phelps, nilai dari deal merger dan akuisisi bisnis di Indonesia mencapai US$ 4 miliar di semester I 2017. Dimana investasi yang paling besar berasal dari bisnis e-commerce. Salah satunya, suntikan modal oleh Tencent Holdings ke Go-Jek nilainya mencapai US$1,2 miliar. Lalu disusul oleh Alibaba yang menanamkan modal US $ 1 miliar ke Lazada. Tak heran, sektor teknologi menempati porsi besar dalam total nilai investasi tersebut, yakni mencapai 32%. Menurut Aulia, saat ini semua berbondong-bondong ingin berinvestasi ke dunia e-commerce, maka tak jarang industri besar mulai menyelipkan modalnya kesana, dengan alasan bisnis masa depan.