Akuisisi lagi, SMGR tambah belanja modal



JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menambah anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini. SMGR menaikkan capex menjadi Rp 7 triliun-Rp 11 triliun dari rencana awal Rp 5 triliun-Rp 7 triliun.

Direktur Keuangan SMGR Ahyanizzaman mengatakan, penambahan capex tersebut seirama dengan agenda mengakuisisi perusahaan semen di kawasan regional. Saat ini, perusahaan plat merah tersebut sudah menggelar due diligence untuk mengakuisisi salah satu pabrik semen di Vietnam. Jika berhasil, pabrik ini menjadi pabrik kedua SMGR di Vietnam. "Alokasi dana untuk akuisisi masih kecil, di bawah 15% dari capex," ujar Ahyanizzaman, Kamis (16/4).

Pabrik semen ini berkapasitas di bawah 2 juta ton per tahun dan tingkat utilisasi sekitar 80%. Jika akuisisi terlaksana, SMGR akan mensinergikan pabrik baru itu dengan pabrik semen pertamanya di Vietnam. Ihwal pendanaan, SMGR mengaku tak jadi soal. Saat ini perusahaan tersebut masih memiliki fasilitas pinjaman sindikasi senilai Rp 1,9 triliun untuk mendanai capex tahun ini.


Perseroan ini juga memiliki sisa pinjaman yang belum dicairkan dari Bank Mandiri senilai Rp 1 triliun. Kekurangannya akan dipenuhi dari kas internal perusahaan ini. Selain akuisisi, capex SMGR tahun ini lebih banyak untuk menyelesaikan pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah dan Indarung, Sumatera Barat.

Setiap pabrik memiliki kapasitas produksi sebesar 3 juta ton per tahun. Maklum, SMGR menargetkan memiliki kapasitas produksi sekitar 40 juta ton per tahun, tahun 2017. Peningkatan kapasitas tersebut untuk menjaga penguasaan pangsa pasarnya di rentang 44%-45%.

Direktur Utama SMGR Suparni menambahkan, target kapasitas produksi tersebut menyesuaikan kondisi pasar di Indonesia. Karena kebutuhan belanja modal yang besar, SMGR memangkas rasio dividen, dari sebelumnya 45% menjadi 40% dari laba bersih tahun lalu. Alhasil, total dividennya senilai Rp 2,2 triliun atau Rp 375,3 per saham.

Jika menggunakan harga patokan SMGR kemarin yang menguat 4,38% di Rp 13.700 per saham, pemegang saham bisa meraih dividen yield 2,74%. "Dalam rapat umum pemegang saham juga menyetujui sisa 60% dari laba bersih atau Rp 3,3 triliun sebagai laba ditahan," ujar Suparni. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa