KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) mengajukan agenda pembagian dividen dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. "Angka dividen dalam rupiah yang kami ajukan kurang lebih akan sama dengan tahun lalu," ucap dia Direktur Investasi MTEL,l Hendra Purnama. Sebelumnya, emiten yang disebut Mitratel itu membagikan dividen sebesar Rp 1,24 triliun dari laba tahun buku 2022. Kala itu, setiap pemegang saham Mitratel akan memperoleh Rp 15,11 per saham. Sebagai pemanis, MTEL juga membagikan dividen khusus sebesar 29% dari laba bersih tahun buku 2022. Ini setara dengan Rp 517,66 miliar atau Rp 6,26 setiap sahamnya. Alhasil, Mitratel membayarkan dividen sebesar Rp 1,76 triliun atau setara dengan Rp 21,38 per sama. Artinya, dividend payout ratio (DPR) MTEL mencapai 99% laba bersih tahun buku 2022.
Dari sisi kinerja, sejumlah riet sekuritas pasar modal menilai, strategi Mitratel yang gencar ekspansi ke pasar luar Jawa lewat akuisisi menara mampu mendorong peningkatan kinerja sepanjang 2023 dibandingkan tahun 2022 alias
year on year (yoy). Laporan keuangan anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM ini mencapai kenaikan laba bersih 12,6% menjadi Rp 2,01 triliun, dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,79 triliun. Pencapaian laba tersebut ditopang oleh pendapatan yang juga naik 11,2% menjadi Rp 8,59 triliun, dari sebelumnya Rp 7,73 triliun. Bisnis tower leasing atau penyewaan menara masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan utama MTEL. Portofolio ini meraih pendapatan Rp 7,14 triliun, atau naik 12% YoY, didorong akuisisi menara, pertambahan menara secara organik, serta kolokasi. Dua analis Trimegah Sekuritas Indonesia, Sabrina dan Richardson Raymon memandang, pendorong kinerja MTEL lantaran strategi akuisisi anorganik yang secara sistematis memperluas portofolio menara dan meningkatkan rasio sewa (
tenancy ratio), termasuk di luar Jawa. “Kami yakin MTEL telah menunjukkan kinerja yang baik di 2023, Mitratel proaktif menambah aset tower dan serat optik untuk memperluas jangkauannya, ini bertujuan meningkatkan pendapatan dan menaikkan margin,” tulis keduanya, dalam riset 7 Maret 2024. Berdasarkan dokumen Info Memo Mitratel, dengan jumlah total 38.014 menara, MTEL mempertahankan posisi sebagai pemilik menara terbanyak di Asia Tenggara. Jumlah itu naik 7,3% dari tahun sebelumnya 35.418 menara, dengan sebaran mencapai 42% di Jawa dan 58% di luar Jawa.
Baca Juga: Ekspansi, MTEL Siapkan Belanja Modal Rp 5,6 Triliun Dari segmen kolokasi, jumlah
tenant juga meningkat signifikan 16,9% menjadi 19.395 tenant dari sebelumnya 16.588 tenant. Dengan demikian rasio sewa
(tenancy ratio) Mitratel meningkat 0,04 persentase poin (ppt) menjadi 1,51 kali dibandingkan dengan tahun sebelumnya 1,47 kali. Analis memprediksi, angka rasio sewa ini bakal terus meningkat, sejalan dengan agenda besar operator telekomunikasi ke luar Jawa setelah melakukan konsolidasi. Mereka memerlukan infrastruktur menara dan fiber bukan hanya untuk memperluas coverage juga meningkatkan kualitas koneksi internet. Analisis lain yakni dari BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) juga menilai pencapaian pendapatan dan EBITDA Mitratel yang masing-masing Rp 8,59 triliun, naik 11,2% dan Rp 6,92 triliun tumbuh 12,7% masih selaras dengan proyeksi BRIDS dan konsensus. Secara operasional, MTEL akan makin kuat dengan strategi akuisisi menara, peningkatan kolokasi,
built to suit, dan penambahan akuisisi fiber optik. Menara
build-to-suit ialah pembangunan menara baru berdasarkan order dari operator telekomunikasi. Sedangkan kolokasi adalah layanan di mana operator telekomunikasi dapat menyewa dan menempatkan perangkat di menara eksisting yang telah memiliki t
enant. Kolokasi memungkinkan berbagai operator berbagi infrastruktur yang sama, sehingga dapat mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi jaringan. “Operator selain Telkomsel ekspansi ke luar pulau Jawa, MTEL menawarkan sewa kolokasi dengan lebih banyak pilihan ketimbang pesaingnya,” kata analis BRI Danareksa, Niko Margaronis.
Pada akhir 2023, Mitrael memiliki 38.014 menara di Indonesia usai membangun 682 menara baru dan menambah hampir 2.000 menara lewat akuisisi. Termasuk pembelian aset menara milik Indosat Ooredoo dan menara PT Gametraco Tunggal/Gametraco. Analis BRIDS Niko Margaronis menyematkan ‘
overweight’ sektor menara telko atau potensi naik dibanding sektor lain, dengan rekomendasi beli yakni saham MTEL, dengan target harga Rp 960/saham. Sementara itu, analis sekuritas lain, Jonghoon Won dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memberikan target harga Rp 940/saham untuk MTEL. Dengan menggunakan metode
discounted cash flow (DCF) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ahmad Febrian