Akuisisi Mitratel, TBIG dapat rating AA-



JAKARTA. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memberi peringkat jangka panjang 'BB' pada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia menegaskan penilaian jangka panjang nasional 'AA- (idn)' dengan outlook stabil.

Ini terkait perjanjian TBIG dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) untuk pertukaran saham dengan PT Daya Mitra Telekomunikasi atau Mitratel. Meskipun kesepakatan itu akan meningkatkan campuran skala dan tenansi TBIG, Fitch percaya bahwa leverage yang tinggi TBIG membatasi potensi nilai positif.

"Penilaian AA tersebut menunjukkan harapan risiko gagal bayar sangat rendah dibandingkan dengan emiten lainnya di Indonesia," ungkap Olly Prayudi, Associate Director Fitch Ratings Indonesia, dalam rilis yang diterima KONTAN, JumatĀ (31/10).


Mitratel mengoperasikan 3.928 menara dan melayani 4.363 penyewa. Maka, perjanjian ini akan membuat TBIG sebagai penyedia menara telekomunikasi independen terbesar di Indonesia. Portfolio menara TBIG akan meningkat 35% menjadi 15.194. Ini membuat TBIG lebih maju dibanding kompetitor terdekatnya PT Profesional Telekomunikasi Indonesia.

Adapun, Mitratel memeluk utang sebesar Rp 3,1 triliun dan kas Rp 400 miliar. Ini akan dikonsolidasikan ke laporan keuangan TBIG. Fitch memperkirakan FFO net leverage TBIG akan jatuh sekitar 4x sampai 4,5x di 2015.

Namun nantinya, komposisi tenansi TBIG akan membaik. Ini akan didorong oleh kontribusi signifikan dari PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel yang merupakan penyewa utama menara Mitratel.

Di sisi lain, non-pembayaran oleh perusahaan telekomunikasi lemah, seperti PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akan memiliki dampak yang lebih rendah pada leverage TBIG. Kontribusi mereka terhadap total pendapatan akan jatuh kurang dari 5%. Adapun pada semester pertama, kontribusinya yakni 5,5%.

Fitch memperkirakan, EBITDA marjin TBIG pasca-akuisisi akan menurun menjadi sekitar 78% sampai 80%. Sebelumnya, TBIG mencatat EBITDA marjin 82% pada akhir 2013.

Dus, penurunan marjin ini akan didorong oleh bisnis penjualan menara Mitratel yang kurang menguntungkan dibanding penyewaan menaranya. Meskipun demikian, Fitch berharap marjin TBIG akan naik secara bertahap seiring usaha meningkatkan rasio tenansi oleh mengkolokasikan lebih banyak tenant.

Fitch melihat tak ada aksi pemberian rating positif selama leverage TBIG masih tinggi dalam jangka menengah. Perkembangan di masa depan yang dapat mengacu ke pemberian rating negatif ini termasuk akuisisi dengan pendanaan utang portfolio menara lainnya atau default sewa ke perusahaan telekomunikasi yang lemah dapat membuat FFO-adjustment net leverage tersisa di atas 4x secara berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia