Akuisisi Muamalat menjadi pemberat saham BRI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi jual masih melanda saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Kemarin, harga saham bank wong cilik ini turun 1,45% ke level Rp 2.720 per saham.

Bahkan, saham BBRI menjadi salah satu saham penekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). BBRI adalah saham laggard terbesar kedua setelah saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang tengah didera skandal pembobolan kredit hingga Rp 1,8 triliun.

Saham BMRI menekan IHSG sebesar 6,2 poin atau 2,2% pada penurunan IHSG. BBRI mengurangi poin indeks sebesar 4,4 poin atau setara 1,4%. Sehari sebelumnya, Senin (21/5), saham BBRI menjadi laggard terbesar dengan mengurangi hingga 19,6 poin IHSG atau setara 6,1%.


Saham BBRI juga merupakan laggard terbesar sepanjang bulan ini dengan mengurangi indeks 54,6 poin atau berkontribusi 15,5%. Sementara, sejak awal tahun, BBRI menjadi laggard terbesar kedua setelah saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Pada periode itu, BBRI mengurangi indeks 100,7 poin.

Dalam sepekan, saham BBRI dilanda aksi jual asing (net sell) hingga Rp 1,7 triliun. Sehingga, saham tersebut mengakumulasi penurunan hingga lebih dari 11% hanya dalam sepekan.

Isu BBRI akan mengakuisisi Bank Muamalat ditengarai menjadi biang keladi. "Investor menilai, kalau terjadi akuisisi artinya harus ada biaya dan effort lebih untuk memperkuat Muamalat," ujar Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia, Selasa (22/5).

Bank Muamalat merupakan bank syariah terbesar di Indonesia. Ada dana haji sekitar Rp 7,5 triliun yang parkir di bank tersebut. Sayangnya, bank ini sedang agak demam.

Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Muamalat di kuartal I-2018 turun jadi 10% dari sebelumnya sekitar 14%. Kredit macet atau non performing loan (NPL) juga lompat jadi 4,8% dari sebelumnya 4,4%.

Khawatir dana haji nyangkut, muncul wacana intervensi pemerintah menyelamatkan Muamalat. Nama BBRI sebagai calon pembeli strategis rights issue Muamalat sebesar Rp 4,5 triliun muncul. "Aset Muamalat Rp 57 triliun, 5% dari aset BBRI," tulis Rahmi Marina, analis Maybank Kim Eng Sekuritas, dalam riset 22 Mei 2018.

Peluang Akumulasi

Belakangan, manajemen BBRI menyatakan, rencana BBRI untuk mencaplok Muamalat hanya pembicaraan informal. BRI menegaskan belum ada langkah, rencana dan aksi apapun terkait Bank Muamalat. "Kami tidak pernah melakukan kajian dan tidak ada sinyal apapun," kata Suprajarto, Direktur Utama BRI kepada Kontan.co.id.

BBRI memang sempat berkomunikasi dengan Muamalat. Tapi, baru sebatas pertukaran informasi. Saat ini, BBRI masih dalam posisi menunggu.

Apalagi, melancarkan akuisisi bank tak semudah mengakuisisi perusahaan non-bank. Banyak regulasi yang tak boleh dilewatkan supaya tak menyalahi aturan hukum. Salah satu aturan yang harus dipenuhi misalnya terkait dengan diskresi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Belum lagi soal segmen bisnis. BBRI sudah memiliki segmen bisnis bank syariah melalui anak usahanya, BRI Syariah. Kalaupun jadi, akuisisi Muamalat tidak akan membawa dampak negatif terhadap BRI Syariah.

Rahmi menilai, klarifikasi tersebut setidaknya justru memunculkan peluang baru. Akumulasi saham BBRI yang sudah terlanjur murah bisa dilakukan seiring dengan kemungkinan harga saham BBRI yang bergerak sesuai dengan fundamentalnya kembali.

Lagipula, Indonesia telah melewati masa penyelamatan Bank Century pada tahun 2008. "Kami percaya pemerintah, regulator dan bank itu sendiri akan sangat berhati-hati ketika menangani masalah Muamalat," tulis Rahmi.

Dia merekomendasikan buy saham BBRI dengan target harga Rp 4.300 per saham. Target harga itu mencerminkan potensi upside 56%.

Secara teknikal, saham BBRI sudah terdiskon mengingat price to book value (PBV) berada di level 2,1 kali. "Level itu berada di bawah PBV band -1 standard deviasi selama tiga tahun terakhir," tambah Frederik.

Untuk jangka pendek, dia masih merekomendasikan buy saham BBRI. Resistance saham BBRI ada di Rp 2.900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati