Akuisisi Ophir Energy belum final, bagaimana nasib saham Medco?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) nampaknya harus mempertimbangkan kembali upaya akuisisi perusahaan asal Inggris yang bergerak di bidang eksplorasi dan produk hulu migas, Ophir Energy Plc. Pasalnya, mereka meminta Medco untuk menaikkan penawaran harga yang telah diajukan sebelumnya sebesar 48,50 pence per saham atau total £ 340 juta untuk 707 juta saham.

Ophir Energy menyatakan penawaran harga saham yang diajukan oleh Medco Energi Internasional melalui anak usahanya Medco Energi Global Pte Ltd dinilai terlalu rendah atau tidak sesuai dengan nilai perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pihak Ophir Energy kembali meminta waktu kepada Medco Energi sebelum mengambil keputusan terkait rencana akuisisi tersebut. Medco Energi memiliki waktu hingga 28 Januari 2019 untuk mengajukan kembali harga penawaran yang lebih tinggi dari 48,5 pence per saham.

Berdasarkan informasi di situs Ophir Energy, kapitalisasi pasar perusahaan tersebut mencapai £ 252,46 juta atau sekitar Rp 4,63 triliun per 31 Desember 2018. Lalu bagaimana kemungkinan kelanjutan aksi korporasi perusahaan yang didirikan oleh Arifin Panigoro ini?


Analis Artha Sekuritas Juan Harahap menyebut, MEDC kemungkinan besar masih akan melakukan negosiasi kembali dengan pihak Ophir Energy terkait kesepakatan harga atau nilai transaksi. “Medco Energi sebelumnya pernah menawarkan dengan harga yang lebih tinggi, jadi masih ada kemungkinan,” kata dia ketika dihubungi oleh Kontan.co.id pada Selasa (15/1).

Sebagai informasi, rencana akuisisi Ophir Energy oleh Medco Energi sudah dimulai sejak Oktober 2018 dengan harga penawaran yang diajukan sebesar 53,8 pence per saham. Kemudian MEDC memangkas tawaran yang diusulkan menjadi 48,5 pence per saham setelah terjadinya penurunan harga minyak paling tajam dalam beberapa tahun terakhir.

Lebih lanjut, menurut Juan, dengan mengakuisisi Ophir Energy, Medco akan menjadi pusat kekuatan sektor hulu migas di kawasan Asia Tenggara. Selain itu Medco Energi juga akan menjadi perusahaan migas terbesar ketujuh di dunia apabila nanti resmi mencaplok perusahaan yang di Indonesia memiliki 67,5% hak kelola di PSC Madura, 45% hak kelola di PSC Sampang, dan tiga PSC di Bangkanai, Kalimantan Tengah yang sudah berproduksi. Selain itu, Ophir juga memiliki dua lisensi eksplorasi laut dalam di Blok Papua Barat IV dan Blok Aru.

Jika keduanya berhasil mencapai kesepakatan akuisisi, maka keduanya dapat menghasilkan total produksi sebesar 110.000 barrels of oil equivalent per day (BOEPD). Raihan tersebut merupakan gabungan dari produksi Ophir Energy sebesar 25.000 BOEPD dan target 2018 Medco Energi Internasional sebesar 85.000 BOEPD.

Produksi Ophir Energy tersebut ikut disumbang oleh pembelian aset di Asia Tenggara dari Santos Ltd, Australia tahun lalu dengan nilai sebesar US$ 205 juta. Aset Santos yang diakuisisi termasuk PSC Madura yang terdiri dari blok gas Maleo dan Peluang, PSC Sampang, Blok 12W PSC di Vietnam, Deepwater Blok R PSC di Malaysia, SS-11 PSC di Bangladesh, serta Blok 123 dan 124 PSC di Vietnam.

Bagaimana nanti jika akuisisi Ophir Energy batal? Juan menilai prospek Medco Energi International masih tetap baik walaupun aksi korporasi tersebut tidak jadi dilakukan. “Prospek saham MEDC masih menarik dengan didorong sentimen positif dari lini bisnis gasnya, permintaan gas juga berpotensi meningkat di masa yang akan datang,” kata dia.

Sedangkan untuk saham MEDC, Juan secara teknikal merekomendasikan kepada investor untuk melakukan buy on weakness di level Rp 800 per saham dengan target harga Rp 850 per saham untuk jangka pendek.

Sementara itu Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan ada dua kemungkinan yang terjadi pada saham MEDC apabila akusisi terhadap Ophir Energy gagal dilakukan. “Nanti mungkin akan ada pelemahan sesaat apabila akuisisi gagal, itu jika pelaku pasar melihat ada potensi besar di Ophir Energy untuk diintergrasikan di Medco Energi. Tapi bisa juga malah sebaliknya, harga sahamnya naik apabila asumsinya Ophir Energy ini malah membebani keuangan untuk proses pembeliannya,” kata Reza.

Lebih lanjut ia meminta investor untuk melihat terlebih dahulu potensi yang diperoleh dari Ophir Energy apabila nantinya akuisisi benar-benar terjadi. Oleh karena itu, ia merekomendasikan saham MEDC untuk jangka pendek berupa aktivitas trading atau scalping tanpa target harga tertentu. “Medco Energi ini punya utang yang lebih besar daripada ekuitasnya, dan sempat rugi pada kuartal III-2018,” ungkap Reza.

Menurut laporan keuangan kuartal-III 2018, Medco mencatat kerugian US$ 11,08 juta. Kerugian terjadi karena beban pendanaan yang melonjak 53,57% menjadi US$ 146,89 juta dari sebelumnya US$ 95,65 juta. MEDC juga menanggung kerugian dilusi atas investasi jangka panjang sebesar US$ 19,07 juta dan beban lain-lain yang mencapai US$ 26,28 juta.

Kemarin, harga saham MEDC turun 1,20% ke level Rp 820 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati