Akuisisi PTRO bikin laba INDY naik 25%



JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) terus menikmati kehadiran PT Petrosea Tbk (PTRO) dalam menopang kinerja keuangannya. Buktinya, produsen batubara sekaligus penyedia jasa usaha tambang batubara ini berhasil menggemukkan pundi fulus INDY.

Direktur Keuangan INDY Aziz Armand menjelaskan, laba bersih INDY pada semester I-2010 terkerek sekitar 25% ketimbang periode sama tahun lalu. "Kontribusi terbesar memang berasal dari Petrosea," aku dia, Selasa (31/8).

Pada semester I-2009, INDY meraih laba bersih Rp 360 miliar atau turun 25,47% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 483,27 miliar. Jadi, bila laba bersih INDY tumbuh sekitar 25%, maka pada paruh pertama 2010, INDY berhasil meraup laba bersih sekitar Rp 450 miliar.


Hingga Juni 2010, INDY memang belum meraih keuntungan dari penjualan batubara anak usahanya, PT Kideco Jaya Agung dan PT Santan Batubara. Menurut Aziz, rata-rata harga jual batubara INDY di semester I agak melemah ketimbang tahun lalu.

Aziz masih enggan membeberkan penurunan harga jual dimaksud, termasuk angka pasti laba bersih INDY di semester I-2010. "Laporan keuangan masih diaudit. Kemungkinan pertengahan September baru kami rilis," dalih Dedy Happy Hardy, Sekretaris Perusahaan INDY.

Kendati harga jual batubara relatif turun pada tahun ini, INDY akan terus memacu produksi batubaranya hingga mencapai 29 juta. Angka ini naik 16% ketimbang total produksi sepanjang tahun 2009 yang sebanyak 25 juta ton. "Kami juga masih terus mencari tambang batubara baru yang bagus," ujar Dedy.

Selain mengandalkan bisnis pertambangan batubara, INDY juga mengincar sejumlah proyek kakap lewat anak usahanya. Sebagai contoh, melalui PT Tripatra Engineering, INDY sedang mengikuti tender proyek engineering, procurement, and constructing (EPC) di sejumlah lokasi dengan nilai proyek mencapai total US$ 3 miliar.

Salah satu proyek berskala besar itu adalah pembangunan kilang minyak di Cilacap yang menghabiskan dana sebesar US$ 1,2 miliar. Proyek lain yang tengah dibidik adalah EPC di Cepu milik Exxon dengan nilai US$ 1 miliar, dan sebuah pabrik Pupuk Kaltim V senilai US$ 800 juta.

Dalam tender ini, Tripatra akan bersaing dengan PT Inti Karya Persada Teknik dan PT Rekayasa Industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa