JAKARta. Rencana PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk mengakuisisi tambang batubara baru, tak jua terealisasi. Padahal, rencana pembelian tambang anyar oleh perusahaan pelat merah itu sudah lama dilontarkan. Milawarma, Direktur Utama Bukit Asam, berujar, perseroan sejauh ini baru sebatas intensif melakukan uji tuntas atau due dilligence, tambang batubara di Sumatra dan Kalimantan. Lambatnya realisasi pembelian tambang baru itu rada disayangkan. Kondisi finansial Bukit Asam sangat memungkinkan untuk itu. Per Juni 2012, posisi kas perusahaan mencapai Rp 4,26 triliun.
Milawarma mengaku, manajemen tidak ingin buru-buru mengakuisisi. "Ada beberapa faktor yang harus dicermati, tidak hanya kualifikasinya tapi juga aspek legal," kata Milawarma, Selasa malam (24/7). Cadangan batubara Bukit Asam saat ini mencapai 7,3 miliar ton. Sebesar 6,3 miliar ton cadangan itu berada di Muara Enim dan sisanya berada di Lahat, Sumatera Selatan. Perseroan tidak terlalu berambisi meningkatkan jumlah cadangan. "Yang penting nilainya bagus," kata Milawarma. Maka itu, tambang batubara berkalori di atas 5.500 Kcal/kg menjadi incaran. Bukit Asam mengincar kenaikan porsi produksi batubara berkalori tinggi menjadi 35% pada semester II-2012, dari sebelumnya 15%. Target produksi dan penjualan batubara tahun ini dipatok 17,42 juta ton dan 18,67 juta ton. Ekspansi organik itu diharapkan bisa mengatrol kinerja keuangan perseroan. Hingga Juni 2012, pendapatan Bukit Asam naik 13% menjadi Rp 5,79 triliun. Namun, laba mereka turun 3% menjadi Rp 1,56 triliun. Masih jauh dari target laba tahun ini yang dipatok tumbuh 20% menjadi Rp 3,7 triliun. Proyek CBM Bukit Asam juga memacu proyek gas metan batubara atau coal bed methane (CBM) di Tanjung Enim. Saat ini, perseroan mengebor sumur ketiga dan cracking test guna mengetahui potensi CBM-nya. Potensi CBM di Tanjung Enim diperkirakan mencapai 50 triliun kaki kubik (TCF). Jika dibikin pembangkit listrik, bisa setara 250 megawatt," kata Milawarma. Targetnya, blok itu sudah produktif tahun ini atau awal tahun depan. Selain untuk kebutuhan internal, CBM Tanjung Enim akan dijual dalam bentuk gas cair ke industri dan korporasi energi pelat merah.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk, kata Milawarma, siap menadah produk itu. Gifar I. Sakti, analis Sucorinvest Central Gani menilai, Bukit Asam tidak akan kesulitan meningkatkan kinerja keuangan. Pasalnya, biaya produksi Bukit Asa, lebih efisien dibandingkan emiten batubara lain. Permintaan juga relatif stabil karena banyak disokong pasar domestik. Gifar merekomendasikan buy untuk saham berkode PTBA dengan target harga Rp 18.750 per saham. Harga PTBA ditutup turun 0,65% menjadi Rp 15.300 per saham, Rabu (25/7). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ruisa Khoiriyah