Akuisisi tambang batubara MYOH tetap jalan



JAKARTA. Meski kinerja perusahaan turun, perusahaan jasa pertambangan PT Samindo Resources Tbk (MYOH) tak patah arang. Perusahaan ini akan tetap menjalankan rencana akuisisi. Hingga kuartal I 2015, MYOH membukukan pendapatan sebesar US$ 55,99 juta atau turun 16,24% dari pendapatan kuartal I-2014 sebesar US$ 63,27 juta.

Pendapatan yang turun ikut menyeret laba bersih perusahaan ini menjadi US$ 6,82 juta turun 7,33 % dari laba bersih kuartal I-2014 sebesar US$ 7,36 juta.

Sekretaris Perusahaan PT Samindo Resources Tbk Hananto Wibowo menyatakan, turunnya pendapatan dan laba perusahaan karena ada pengurangan jarak tempuh pengangkutan batubara milik kliennya dari pit atau lokasi tambang ke stock pile.


"Komponen yang membentuk pendapatan selain terdiri dari rate, juga dari jarak tempuh. Karena jarak tempuh kian dekat, kompensasi atas biaya bahan bakar yang diperoleh turun," ujar Hananto Wibowo pada KONTAN, Jumat (8/5). Secara operasional, selama kuartal I-2015, MYOH memproduksi batubara 2,75 juta ton, naik 26,72% dari produksi batubara pada kuartal I-2014, yang sebesar 2,17 juta ton.

Adapun produksi lapisan tanah penutup batubara alias overburden kuartal I-2015 sebanyak 13,43 juta bank cubic metre (bcm) atau naik dari produksi overburden pada kuartal I-2014 sebanyak 13,15 juta. Untuk menyiasati bisnis tambang yang terus turun, kini pihaknya akan masuk ke sektor pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Namun, untuk membangun PLTU, MYOH masih akan mematangkan akuisisi tambang batubara lebih dahulu di Kalimantan Timur. Nantinya tambang batubara yang akan diakuisisi akan diintegrasikan dengan proyek PLTU.

Hingga kini, MYOH masih melakukan studi dan perhitungan yang rumit terkait dengan rencana akuisisi konsesi tambang batubara. "Itu hitung-hitungannya ribet," jelas dia. Ia mengaku selama dua minggu sekali, perusahaan mendapatkan penawaran kerja sama di bidang PLTU dari beberapa calon partner.

Namun, hingga kini perusahaan belum memutuskan tambang batubara mana yang akan diakuisisi dan dikembangkan secara terintegrasi dengan PLTU tersebut. Hal ini karena induk usaha MYOH, perusahaan asal Korea Selatan Samtan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Untuk tahun 2015, perusahaan mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 7 juta. Dana ini akan digunakan untuk mengganti mesin-mesin lama yang sudah rusak. Tahun ini, perusahaan menargetkan pendapatan US$ 253,65 juta dan laba sebelum pajak sebesar US$ 24,79 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie