JAKARTA. Seretnya likuiditas membuat banyak perusahaan sulit mencari tambahan modal. Tidak terkecuali perusahaan pembiayaan Al Ijarah Sharia Finance. Multifinance syariah ini urung melakukan penambahan modal sebesar Rp 525 miliar tahun ini. Penyaluran pembiayaan yang lesu menjadi alasan calon pemodal urung menyuntikkan dana segar. Direktur Al Ijarah Farouk A. Alwyni mengatakan, kalau perusahaanya bisa mendapat tambahan modal sebesar yang direncanakan, maka nilai aset ditarget naik 100% tahun ini. Namun, "Karena tambahan modal batal, kami prediksi pertumbuhan aset hanya sekitar 40%," katanya. Sebenarnya, dari rencana total tambahan modal sebesar Rp 525 miliar, sudah ada calon investor yang tertarik menyetor dana segar ke Al Ijarah sebesar Rp 105 miliar. Namun, calon pemodal itu membidik nasabah pembiayaan ritel, sementara Al Ijarah fokus ke pembiayaan untuk korporasi. "Jadinya batal," ujar Farouk.Karena batal mendapat tambahan modal segar, maka Al Ijarah terpaksa mengoptimalkan modal yang ada. “Sekarang kami konservatif dalam menyalurkan pembiayaan," ujar Farouk. Farouk bilang, tahun ini pihaknya fokus ke restrukturisasi pinjaman yang sudah mereka salurkan. Soalnya, banyak nasabah Al Ijarah yang usahanya mengalami kesulitan. Farouk mencontohkan, debitur Al Ijarah yang berbisnis besi. "Karena harga besi sedang merosot, arus kas mereka jadi terganggu," katanya. Al Ijarah melakukan restrukturisasi dengan cara memperpanjang tenor atau jangka waktu jatuh tempo pembiayaan. Al Ijarah berharap langkah ini bisa mencegah pembiayaan menjadi bermasalah alias non-performing financing (NPF).Farouk mengklaim restrukturisasi yang mereka tawarkan kepada para nasabahnya berjalan mulus. Alhasil, rasio pembiayaan bermasalah alias NPF Al Ijarah masih tetap 0%. Artinya, sejauh ini tak ada satu pun pembiayaan Al Ijarah yang berstatus macet. “Memang ada transaksi yang telat, tapi tidak sampai gagal bayar,” ujarnya.Karena penyaluran pembiayaan berkurang, maka untuk tahun ini Al Ijarah memasang target perolehan laba yang lebih rendah ketimbang tahun lalu. Tahun lalu laba Al Ijarah sebesar Rp 8 miliar. “Tahun ini kami targetkan cuma Rp 5 miliar,” kata Farouk.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Al Ijarah Sharia Finance Tersandung Permodalan
JAKARTA. Seretnya likuiditas membuat banyak perusahaan sulit mencari tambahan modal. Tidak terkecuali perusahaan pembiayaan Al Ijarah Sharia Finance. Multifinance syariah ini urung melakukan penambahan modal sebesar Rp 525 miliar tahun ini. Penyaluran pembiayaan yang lesu menjadi alasan calon pemodal urung menyuntikkan dana segar. Direktur Al Ijarah Farouk A. Alwyni mengatakan, kalau perusahaanya bisa mendapat tambahan modal sebesar yang direncanakan, maka nilai aset ditarget naik 100% tahun ini. Namun, "Karena tambahan modal batal, kami prediksi pertumbuhan aset hanya sekitar 40%," katanya. Sebenarnya, dari rencana total tambahan modal sebesar Rp 525 miliar, sudah ada calon investor yang tertarik menyetor dana segar ke Al Ijarah sebesar Rp 105 miliar. Namun, calon pemodal itu membidik nasabah pembiayaan ritel, sementara Al Ijarah fokus ke pembiayaan untuk korporasi. "Jadinya batal," ujar Farouk.Karena batal mendapat tambahan modal segar, maka Al Ijarah terpaksa mengoptimalkan modal yang ada. “Sekarang kami konservatif dalam menyalurkan pembiayaan," ujar Farouk. Farouk bilang, tahun ini pihaknya fokus ke restrukturisasi pinjaman yang sudah mereka salurkan. Soalnya, banyak nasabah Al Ijarah yang usahanya mengalami kesulitan. Farouk mencontohkan, debitur Al Ijarah yang berbisnis besi. "Karena harga besi sedang merosot, arus kas mereka jadi terganggu," katanya. Al Ijarah melakukan restrukturisasi dengan cara memperpanjang tenor atau jangka waktu jatuh tempo pembiayaan. Al Ijarah berharap langkah ini bisa mencegah pembiayaan menjadi bermasalah alias non-performing financing (NPF).Farouk mengklaim restrukturisasi yang mereka tawarkan kepada para nasabahnya berjalan mulus. Alhasil, rasio pembiayaan bermasalah alias NPF Al Ijarah masih tetap 0%. Artinya, sejauh ini tak ada satu pun pembiayaan Al Ijarah yang berstatus macet. “Memang ada transaksi yang telat, tapi tidak sampai gagal bayar,” ujarnya.Karena penyaluran pembiayaan berkurang, maka untuk tahun ini Al Ijarah memasang target perolehan laba yang lebih rendah ketimbang tahun lalu. Tahun lalu laba Al Ijarah sebesar Rp 8 miliar. “Tahun ini kami targetkan cuma Rp 5 miliar,” kata Farouk.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News