JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak liar di sepanjang sesi I hari ini (9/3). Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks berakhir flat dengan penurunan tipis 0,01% menjadi 5.393,38.Ada 164 saham yang anjlok. Sementara, jumlah saham yang naik sebanyak 113 saham dan 115 saham lainnya diam di tempat.Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 5,187 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,411 triliun.
Lima sektor tertekan siang ini. Adapun tiga sektor dengan penurunan terbesar antara lain: sektor pertambangan turun 0,96%, sektor industri lain-lain turun 0,57%, dan sektor konstruksi turun 0,35%. Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di jajaran
top losers di antaranya: PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) turun 8,46% menjadi Rp 368, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 4,47% menjadi Rp 2.350, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) turun 2,16% menjadi Rp 2.270. Sedangkan di posisi
top gainers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT Sawit Sumbermas Tbk (SSMS) naik 6,43%, PT XL Axiata Tbk (EXCL) naik 3,89% menjadi Rp 2.940, dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) naik 2,92% menjadi Rp 3.170. Sementara itu, investor asing tercatat menorehkan pembelian bersih
(net buy) senilai Rp 92,9 miliar di seluruh market dan Rp 82,6 miliar di pasar reguler. Bursa Asia mixed Di sisi lain, bursa Asia tampak mixed pasca dirilisnya data inflasi China bulan Februari. Data
CNBC menunjukkan, indeks Shanghai Composite turun 0,7% dan Shenzhen Composite turun 0,59%. Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,96%. Adapun indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,1%, setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan. Sedangkan indeks ASX 200 diperdagangkan turun 0,36%. Sekadar informasi, tingkat inflasi produsen China mencatatkan kenaikan tercepat dalam sembilan tahun terakhir pada Februari 2017. Data yang dirilis Badan Statistik Nasional China, indeks harga produsen melompat 7,8% pada Februari dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, tingkat inflasi produsen pada Januari lalu sebesar 6,9%. Sedangkan perkiraan analis yang disurvei Reuters menunjukkan, inflasi produsen akan berada di posisi 7,7%. Kenaikan inflasi produsen disinyalir akibat kenaikan harga komoditas seperti baja dan bahan baku lainnya. Hal ini turut mengerek laba dari perusahaan industri di seluruh dunia. Sebaliknya, inflasi konsumen malah melandai dari ekspektasi market ke level terendah sejak Januari 2015 di level 0,8% pada Februari. Beberapa penyebabnya adalah penurunan harga pada perayaan Tahun Baru China dan cuaca dingin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie