KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Properti saat ini mulai dilirik kembali dikarenakan adanya insentif PPnBM yang akan menghilangkan pajak pembelian barang mewah sampai 100%. Hal ini sudah dirasakan oleh PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) yang mengalami kenaikan dari
marketing sales. Asal tahu saja,
marketing sales SMRA pada bulan Februari 2021 naik 43% untuk MoM dan 175% secara tahunan (YoY). Kenaikan ini diamini oleh Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony, yang menyebutkan bahwa akan terjadi kenaikan dari
marketing sales dibandingkan dengan tahun lalu, karena penjualan properti yang mengalami peningkatan.
Kenaikan penjualan SMRA di bulan Februari lalu dikontribusikan Summarecon Bogor, yang mana berkontribusi sebagai Rp 325 miliar atau sebanyak 53% dari
marketing sales. Pengembangan di Bogor dilakukan pada Oktober 2020 dan sudah menjual sebanyak 533 unit dan mendapatkan Rp 1,3 triliun
marketing sales sejak saat ini. Apabila kontribusi Bogor dihilangkan, selama Februari 2021
marketing sales masih bisa bertambah sebanyak 30% YoY sebagaimana Bekasi, Serpong, dan Bandung juga menunjukkan bahwa
marketing sales disana meningkat. Hal ini merupakan hal positif dari ketahanan permintaan properti selama pandemi Covid-19.
Baca Juga: Ada insentif PPnBM, ini rekomendasi untuk saham emiten properti “Karena secara umum
SMRA mempunyai
landbank yg masih cenderung banyak, ditambah juga dengan properti yang dijual oleh SMRA kebanyakan properti
landed house, dan sekarang ini terlihat penjualan properti yang naik yaitu penjualan
landed house,” ujar Chris. Belum lagi, anggota indeks
Kompas100 ini, akan melakukan pertemuan pada 1 April untuk membahas mengenai rencana
right issue. Perusahaan ini merencanakan untuk menerbitkan 3,6 miliar saham baru, yang diperkirakan mengumpulkan sampai Rp 3 triliun pada harga perdagangan saat ini. Berdasarkan riset Henry, adapun beberapa risiko yang akan mengganggu penjualan properti dari SMRA adalah perlambatan ekonomi makro, dan melemahnya rupiah yang akan menurunkan kepercayaan konsumen dan meningkatkan biaya konstruksi.
Lalu, meningkatnya suku bunga, yang akan membuat hipotek lebih mahal bagi pembeli, ketidakstabilan politik, dan pelaksanaan kemajuan pembangunan kota baru yang lebih lambat dibandingkan dengan perkiraan di Makassar, Bandung, dan Bogor. Chris menjadikan
SMRA sebagai
top pick karena saat ini memiliki
landbank yang masih cenderung banyak ditambah dengan properti yang dijual merupakan
landed house, karena sekarang ini penjualan properti yang naik yaitu penjualan
landed house. Chris sendiri merekomendasikan untuk
buy saham
SMRA dengan target harga Rp 1.200.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari