KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Industri pengolahan bahan bakar China melakukan pembatasan secara besar-besaran pada hasil produksi pada kuartal ketiga setelah pasokan dari kilang baru yang sangat besar telah memicu oversupply yang sebelumnya sudah cukup besar. Hal ini berpotensi menekan permintaan minyak mentah dari importir komoditas terbesar di dunia tersebut. Dilansir dari Reuters, pengilang swasta Hengli Petrochemical menggenjot produksinya 400.000 barel per hari (bpd) di timur laut China ke kapasitas penuh pada bulan Mei. Sementara Zhejiang Petrokimia memulai uji coba di sekitar waktu yang sama di kilang berukuran serupa di pantai timur. Setelah gelombang pasokan segar yang disertai melambatnya permintaan lokal untuk bahan bakar seperti bensin dan diesel, sejumlah sumber menyebut pengelola kilang pun memotong pengolahan minyak mentah mereka.
Penurunan tersebut akan mengurangi selera China untuk impor minyak mentah, dan pada gilirannya akan menekan harga minyak internasional yang sebelumnya telah dilanda kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global. Surplus produksi bahan bakar yang membengkak juga bisa mengirim ekspor bahan bakar China melonjak ke level tertinggi baru dan semakin menekan laba industri penyulingan di Asia. "Untuk pasar yang sudah dipenuhi pasokan dan dengan kekhawatiran tentang resesi global, kabar dari perlambatan permintaan minyak dan pembicaraan tentang pemotongan produksi tampaknya akan memperkuat narasi bearish," kata Michal Meidan, seorang analis di Energy Aspects yang berbasis di London. Para analis juga menyebut perusahaan penyulingan skala kecil yang dikenal sebagai ‘teapots’, terutama yang berlokasi di provinsi Shandong, menghadapi tekanan paling besar untuk melakukan pemangkasan produksi baru, telah memperpanjang pembatasan produksi yang banyak dilakukan pada bulan Mei dan Juni.