Alami Pertumbuhan Kasus Tercepat, 1 dari 15 Orang Inggris Terpapar Covid-19



KONTAN.CO.ID - LONDON. Inggris pada Rabu (5/1) melaporkan rekor prevalensi Covid-19 untuk minggu terakhir tahun 2021, dengan 1 dari 15 orang di negeri Ratu Elizabeth II terinfeksi virus corona.

Lonjakan jumlah kasus Covid-19 telah memberikan tekanan besar pada layanan publik di Inggris seperti rumah sakit, yang menghadapi kekurangan staf dan kenaikan jumlah pasien.

Hanya, Perdana Menteri Boris Johnson menolak memberlakukan tindakan penguncian yang ketat di Inggris. Sebaliknya, menurutnya, vaksin booster akan cukup untuk membatasi gelombang infeksi terbaru, meskipun ada varian Omicron yang sangat menular.


Lebih dari 220.000 kasus virus corona tercatat pada satu hari dalam seminggu terakhir di Inggris. Penyediaan layanan dan kapasitas pengujian Covid-19 pun semakin tertekan.

Baca Juga: Terus Cetak Rekor, Lonjakan Supersonik Kasus Covid-19 di Prancis Masih akan Terjadi

"Kami mengalami pertumbuhan tercepat dalam kasus Covid-19 yang pernah kami ketahui," kata Johnson kepada anggota parlemen, seperti dikutip Reuters.

"Dan, berpotensi menjadi perhatian terbesar, tingkat kasus sekarang meningkat pesat di antara yang lebih tua dan lebih rentan, termasuk dua kali lipat setiap minggu di antara mereka yang berusia di atas 60 tahun," ujar dia.

"Dengan risiko yang jelas, ini akan terus meningkatkan tekanan pada NHS (layanan kesehatan) kami," imbuhnya.

Baca Juga: WHO: Melonjaknya Kasus Omicron Bisa Sebabkan Varian Covid-19 yang Lebih Berbahaya

Di Inggris, perkiraan prevalensi Covid-19 adalah 1 dari 15 untuk pekan yang berakhir 31 Desember, lebih dari 6% populasi dan naik dari proyeksi 1 dari 25 untuk minggu sebelumnya, Kantor Statistik Nasional Inggris menyatakan.

Varian Omicron memiliki dampak terbesar di London, dengan 1 dari 10 orang terpapar virus corona.

Namun, Johnson menegaskan kembali, Inggris bisa mengatasi lonjakan infeksi Covid-19 tanpa mematikan ekonomi, berkat vaksinasi dan bukti bahwa Omicron lebih ringan dibanding varian sebelumnya.

"Kita tidak perlu menutup negara kita lagi. Sebaliknya, kita mengambil pendekatan yang seimbang, menggunakan perlindungan booster dan langkah-langkah Plan B untuk mengurangi penyebaran virus, sambil bertindak untuk memperkuat NHS kita," ucap Johnson.

Editor: S.S. Kurniawan