Alasan ekonomi Indef sebut target pertumbuhan ekonomi pemerintah 2022 tak realistis



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, target pertumbuhan ekonomi 2022 yang sebesar 5% hingga 5,5% terlalu optimistis, bahkan kurang realistis. 

“Terlalu optimistis dan kurang realistis. Realistisnya, pertumbuhan ekonomi masih di bawah 5%,” ujar Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto dalam diskusi publik Merespon Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan RAPBN 2022, Selasa (17/8). 

Eko mengatakan, hingga saat ini ketidakpastian di tahun 2022 masih cukup tinggi, terutama karena masih adanya risiko dari pandemi Covid-19. 


Selain itu, pemerintah juga memangkas jumlah program pemulihan ekonomi nasional (PEN) di tahun depan menjadi Rp 321,2 triliun, sementara anggaran PEN tahun 2021 mencapai Rp 744,75 triliun. 

Baca Juga: Siapkan modal kerja Rp 700 miliar, begini rencana ekspansi Sreeya Sewu (SIPD)

“Bagaimanapun, pemangkasan PEN ini akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi. Saat ini belanja pemerintah dan PEN menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi,” tambah Eko. 

Eko juga mengkritik cara pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dalam kisaran. Menurutnya, ini bisa menjadi mixed signal (sinyal ketidakpastian) bagi dunia usaha mengenai optimisme perekonomian di tahun depan. 

Meski sudah menggunakan kisaran pun, pemerintah sudah sering meleset. Karena, seringkali realisasi pertumbuhan lebih rendah dari proyeksi yang sudah diajukan. Menurut perhitungannya, terdapat delta sekitar 0,3%. 

Baca Juga: Ditopang bisnis digital, saham bank besar dinilai masih prospektif

“Jadi kalau misalnya pertumbuhan ekonomi ditarget 5% hingga 5,5%, maka realistisnya diskon saja batas bawahnya dengan 0,3%. Jadi, sekitar 4,7% nanti realisasinya. Bahkan, bisa saja lebih rendah,” katanya. 

Namun, Eko memaklumi, karena segala pilihan yang diambil pemerintah merupakan sulit. Terutama, terkait dengan anggaran. Pasalnya situasi anggaran terbatas sehingga pemerintah kini bermain skala prioritas. 

Apalagi, pemerintah juga memiliki target bahwa di tahun 2023 defisit fiskal harus berada di bawah 3%. Jadi, pengurangan anggaran ini juga merupakan salah satu strategi untuk menuju perampingan defisit fiskal. 

Selanjutnya: Asumsi perekonomian membaik, begini dampaknya terhadap IHSG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli