KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor kawakan Lo Kheng Hong (LKH) menceritakan momen dan alasan dibalik keputusannya membeli saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS). Terbaru, sosok investor yang dikenal sebagai penganut value investing yaitu berinvestasi pada saham-saham perusahaan dengan fundamental positif, mengkonfirmasi bahwa dirinya membeli saham PGAS di level harga Rp1.100 per saham. Aksi LKH mengakumulasi saham PGAS ini terjadi setelah dia melepas seluruh kepemilikan sahamnya di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Seluruh uangnya kemudian dia gunakan untuk memiliki saham PGAS.
“Saya juga belum lama beli PGAS di Rp 1.100. Ketika saya menjual saham MBSS semuanya, ada uang kas. Saya lihat (harga) PGAS Rp 1.100, saya dorong semuanya terus naik ke Rp 1.800,” ujarnya saat dikutip dari seminar virtual yang ditayangkan di akun Youtube, dikutip Selasa (12/9).
Baca Juga: Rekomendasi Saham CGS-CIMB Sekuritas: Spec Buy MEDC, AKRA, PGAS, NCKL, MAPA, PGEO Meski begitu, LKH menegaskan, pada dasarnya berinvestasi pada saham perusahaan BUMN dan perusahaan swasta tidak ada bedanya. Tetap sama-sama menarik sejauh fundamental perusahaannya baik dan dijalankan oleh manajemen yang mumpuni. “Jadi sama saja kalau perusahaan BUMN yang bagus dan murah tetap saya beli, jadi tidak ada bedanya,” ucapnya. Hal tersebut sering diistilahkan LKH dengan saham perusahaan yang salah harga. Kelakarnya kerap terucap; saham Mercy (Mercedes Benz) harga bajaj. "Saya tidak menunggu
support atau
resisten, itu orang teknikal. Saya sama sekali membeli saham itu tidak lihat teknikal, tidak lihat grafik. Saya
based on fundamental karena kinerja perusahaan," ujar LKH.
Khusus untuk PGAS, sebagaimana diumumkan baru-baru ini mendapatkan rekomendasi Beli (BUY) dari konsensus analis yang dirangkum
Bloomberg. Baca Juga: PGN: Selama 11 Tahun Tidak Melaksanakan Penyesuaian Harga Kepada Pelanggan Industri Saham PGAS mendapatkan 15 rekomendasi beli (
buy), satu tahan (
hold), dan tiga jual (
sell). Peringkat konsensus adalah 4,2, pada skala 1 sampai 5. Angka 1 berarti sinyal kuat jual dan angka 5 adalah sinyal kuat beli. Pada kinerja semester I 2023, pendapatan PGAS tercatat naik 2,5% menjadi sebesar US$1,783 miliar dibandingkan US$1,740 miliar pada semester I 2022. Adapun laba bersih tercatat turun akibat beban biaya yang tinggi sebagai imbas kebijakan yang di luar dari kendali manajemen PGAS terutama berkaitan kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT). Laba bersih PGAS tercatat sebesar US$145,323 juta pada semester I 2023 atau berkurang 39% dibandingkan US$242,960 juta pada periode sama tahun 2022. Selain PGAS, LKH juga menceritakan pengalaman saat membeli saham perusahaan BUMN lainnya yaitu PT Timah Tbk (TINS). Bedanya, pada momen ini dirinya sedang tidak pegang dana segar sehingga harus jual villa.
Baca Juga: Laba Bersih PGN (PGAS) Tergerus Rp1,4 Triliun di Semester I 2023, Beban HGBT Melonjak “Saya jual vila mewah dengan luas 2.800, lantai marmer Italia. Saya mau beli saham enggak punya uang akhirnya saya jual vila saya itu untuk beli PT Timah,” kisahnya. Pengorbanannya tidak sia-sia. "Sehabis saya beli saham PT Timah Rp 290 naik ke Rp 2.900 saya jual. Kemudian booming komoditas lari lagi ke 38.000,” ceritanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto