KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan CEO Microsoft, Steve Ballmer, menyarankan para investor untuk menjaga strategi investasi mereka tetap sederhana. Menariknya, portofolio investasi Ballmer sendiri mencerminkan filosofi tersebut, dengan lebih dari 80% asetnya berada dalam saham Microsoft dan sisanya dalam reksadana indeks. "Microsoft telah mengungguli hampir semua aset lain yang mungkin saya miliki," ujar Ballmer kepada Wall Street Journal dalam sesi tanya jawab yang diterbitkan Minggu lalu.
Baca Juga: Daftar 10 Orang Terkaya di Dunia per November 2024: Elon Musk Kokoh di Puncak "Sulit untuk mengatakan bahwa ini bukan keputusan yang tepat," imbuhnya. Dalam beberapa tahun terakhir, saham Microsoft memberikan rata-rata imbal hasil sekitar 29% per tahun, termasuk dividen, jauh melampaui rata-rata imbal hasil S&P 500 sebesar 13%. Lonjakan ini didorong ledakan kecerdasan buatan yang dipicu oleh OpenAI, perusahaan yang didukung oleh Microsoft. Sejak peluncuran ChatGPT pada November 2022, harga saham Microsoft melonjak drastis, membawa kapitalisasi pasarnya melampaui US$ 3 triliun. Ballmer, yang memimpin Microsoft dari 2000 hingga 2014, mengaku terinspirasi oleh nasihat Warren Buffett bahwa investor ritel lebih baik menanamkan uang mereka di reksadana indeks S&P 500 daripada mencoba mengalahkan pasar. Baca Juga: Kekayaan Bernard Arnault, CEO Konglomerat Barang Mewah LVMH Rontok Namun, berbeda dengan Buffett, Ballmer memilih strategi unik dengan portofolio yang sangat terfokus pada satu saham. Ballmer menjelaskan bahwa ia memutuskan pendekatan tersebut setelah kesulitan menemukan manajer investasi yang secara konsisten mampu mengalahkan pasar. Dengan kekayaan bersih US$ 151 miliar menurut Bloomberg Billionaires Index, ia dan istrinya kini mengalokasikan dana mereka di reksadana indeks untuk pasar AS dan Eropa, dengan kemungkinan kecil kepemilikan aset di Jepang.