KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Beberapa pebisnis Malaysia lebih memilih untuk tidak menampilkan dekorasi yang berkaitan dengan anjing pada Tahun Baru Imlek tahun ini. Mereka khawatir, dekorasi tersebut akan menyinggung mayoritas warga Muslim di Malaysia pada Tahun Anjing. Informasi saja, anjing dianggap "najis" di bawah tradisi Islam di mana umat Islam diminta untuk melakukan ritual menyucikan diri jika mereka bersentuhan dengan hewan tersebut. Multikultural Malaysia telah mengalami meningkatnya aksi intoleransi terhadap aktivitas yang dianggap menghina Islam. Hal iniĀ tercermin dari aksi demonstrasi dalam beberapa tahun terakhir terhadap pagelaran festival bir dan sejumlah konser.
Sementara orang Melayu Muslim adalah kelompok etnis terbesar di antara 32 juta warga Malaysia, etnis China merupakan kelompok kedua terbesar yang mencapai 23% dari total populasi. Berdasarkan pantauan
Reuters, salah satu pusat perbelanjaan populer di kawasan wisata Kuala Lumpur memilih untuk tidak menampilkan dekorasi anjing menjelang tahun baru di bulan Februari. Mereka lebih fokus pada tema peringatan 10 tahun di pusat kota, Pavilion Kuala Lumpur. Direktur Pemasaran Kung Suan Ai mengatakan sensitivitas agama dan budaya merupakan faktor penentu dalam membuat konsep dekorasi. Pasalnya, mal ini mampu menarik tiga juta orang dengan berbagai latar belakang agama dan budaya di setiap bulannya. "Salah satu pertimbangan yang kami ambil saat kami mengerjakan konsep dekorasi untuk Pavilion KL adalah menciptakan sesuatu yang sangat sulit untuk dilupakan... dan juga dapat diterima secara sosial (untuk) semua," katanya. Dua belas hewan, termasuk seekor anjing dan seekor babi, binatang lain yang dianggap Muslim najis, membentuk zodiak tradisional China. Pemimpin Muslim Malaysia terbilang cukup vokal mengenai acara yang melibatkan anjing sebelumnya. Setelah upacara pembukaan Commonwealth Games 2014 di Glasgow, ketika para atlet berparade dengan terrier Skotlandia yang membawa nama negara mereka, para politisi lokal mengungkapkan ketidaksetujuan mereka dengan menyebut aksi tersebut "tidak sopan". Pada 2016, otoritas agama meminta gerai pretzel populer Auntie Anne untuk mengubah nama "Pretzel Dog" menjadi "Pretzel Sausage". Di MyTOWN, pusat perbelanjaan Kuala Lumpur lainnya di mana setengah dari pengunjungnya beragama Islam, mal tersebut juga tidak menggunakan penggambaran anjing dalam dekorasinya. "Kami memiliki anjing, tapi bagaimana kita menampilkannya. Mereka bukan objek utama. Mereka seukuran anjing normal dan ditempatkan sebagai hiasan semata," kata Kepala Pemasaran Christopher Koh. Dengan demikian, tambahnya, anjing itu tidak akan tampak seperti hal yang diidolakan. "Sama halnya dengan babi (untuk Tahun Babi), peritel Malaysia biasanya tidak akan memasang dekorasi babi raksasa sebagai pusatnya," kata Koh.
Alex Chow, yang mengelola perusahaan yang menyediakan bahan kemasan, mengatakan bahwa klien korporat telah terjebak pada ilustrasi generik untuk desain kemasan mereka tahun ini. Wong Wei-Shen, warga Malaysia etnis China, yang memiliki beberapa anjing sebagai hewan peliharaan, mengatakan bahwa para pebisnis sangat "konyol". "Hal ini sangat memalukan karena Malaysia adalah negara multikultural. Aksi mereka dengan mengabaikan fakta bahwa orang Tionghoa memiliki seekor anjing sebagai hewan zodiak sangat tidak adil," kata Wong. "Setiap hewan zodiak memiliki atribut bagus, dan anjing itu mrepresentasikan sebagai pemandu, sahabat, penghibur dan teman setia," kata Wong.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie