JAKARTA. Tampaknya rencana perusahaan investasi asal Timur Tengah, Albarakah, untuk membentuk Bank Kesawan menjadi bank umum syariah di Indonesia, semakin tidak jelas. “HIngga detik ini, kami belum menerima keterangan dari mereka (Albarakah) lagi, apakah rencana itu batal atau ditunda.,” kata Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Ramzi A Zuhdi menjawab KONTAN di Jakarta, Senin (2/3). Seperti diketahui, kabar Albarakah membeli Bank Kesawan untuk dibentuk menjadi sebuah bank umum syariah, telah tersiar sejak akhir tahun lalu. Kabarnya, keduanya pun telah menyelesaikan proses jual beli. Namun mengenai segala macam dokumen tertulis yang dibutuhkan untuk membentuk suatu bank, belum diserahkan kepada BI. Dokumen yang diperlukan di antaranya anggaran dasar dan surat izin dari Depkumham akan perubahan aktifitas perbankan dari konvensional menjadi bank umum syariah. Kemudian BI juga belum menerima susunan kepengurusannya, mulai dari dewan komisari syariah, komisaris hingga direksinya. Ditanya mengenai ketidakpastian rencana Albarakah itu, Ramzi mengaku tidak memiliki kewenangan untuk meminta kejelasan, baik dari investor maupun dari Bank Kesawan. “Sebab selama Bank Kesawan masih bank konvesional dan belum menjadi bank syariah, hal itu bukan urusan saya,” ujar Ramzi. Dengan adanya investor asing yang masuk ke perbankan Indonesia, tentunya sangat berguna untuk penambahan devisa. Pengalaman buruk para pengusaha Timur Tengah yang kehilangan investasi yang ditanam di Amerika dan Eropa, membuat para raja minyak tersebut lebih memilih berinvestasi aman dan halal di Indonesia. Menurut Ramzi, sejak awal tahun ini saja sudah ada beberapa investor asal Timur Tengah yang kembali menyatakan ketertarikan untuk membentuk bank syariah di Indonesia. Yang terakhir pada pertengahan Februari lalu, minat datang dari salah seorang investor kakap asal Kuwait. “Sama dengan Albarakah, seluruh investor itu baru menyatakan minat saja, belum memberikan dokumen tertulis. Kebanyakan dari mereka akan akan mulai realisasi paling lambat akhir kuartal III tahun ini,” ujar Ramzi. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Albarakah Belum Dandani Bank Kesawan
JAKARTA. Tampaknya rencana perusahaan investasi asal Timur Tengah, Albarakah, untuk membentuk Bank Kesawan menjadi bank umum syariah di Indonesia, semakin tidak jelas. “HIngga detik ini, kami belum menerima keterangan dari mereka (Albarakah) lagi, apakah rencana itu batal atau ditunda.,” kata Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Ramzi A Zuhdi menjawab KONTAN di Jakarta, Senin (2/3). Seperti diketahui, kabar Albarakah membeli Bank Kesawan untuk dibentuk menjadi sebuah bank umum syariah, telah tersiar sejak akhir tahun lalu. Kabarnya, keduanya pun telah menyelesaikan proses jual beli. Namun mengenai segala macam dokumen tertulis yang dibutuhkan untuk membentuk suatu bank, belum diserahkan kepada BI. Dokumen yang diperlukan di antaranya anggaran dasar dan surat izin dari Depkumham akan perubahan aktifitas perbankan dari konvensional menjadi bank umum syariah. Kemudian BI juga belum menerima susunan kepengurusannya, mulai dari dewan komisari syariah, komisaris hingga direksinya. Ditanya mengenai ketidakpastian rencana Albarakah itu, Ramzi mengaku tidak memiliki kewenangan untuk meminta kejelasan, baik dari investor maupun dari Bank Kesawan. “Sebab selama Bank Kesawan masih bank konvesional dan belum menjadi bank syariah, hal itu bukan urusan saya,” ujar Ramzi. Dengan adanya investor asing yang masuk ke perbankan Indonesia, tentunya sangat berguna untuk penambahan devisa. Pengalaman buruk para pengusaha Timur Tengah yang kehilangan investasi yang ditanam di Amerika dan Eropa, membuat para raja minyak tersebut lebih memilih berinvestasi aman dan halal di Indonesia. Menurut Ramzi, sejak awal tahun ini saja sudah ada beberapa investor asal Timur Tengah yang kembali menyatakan ketertarikan untuk membentuk bank syariah di Indonesia. Yang terakhir pada pertengahan Februari lalu, minat datang dari salah seorang investor kakap asal Kuwait. “Sama dengan Albarakah, seluruh investor itu baru menyatakan minat saja, belum memberikan dokumen tertulis. Kebanyakan dari mereka akan akan mulai realisasi paling lambat akhir kuartal III tahun ini,” ujar Ramzi. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News