Kendati terbilang masih muda, yakni di usia ke-35, kemunculan Alejandro Santo Domingo Davila sebagai penerus bisnis keluarga patut diperhitungkan. Jauh sebelum mewarisi kekayaan ayahnya, dia sudah berkecimpung dalam bisnis untuk menopang kekayaan keluarga. Pengalamannya dipercaya menjadi bekal mempertahankan dan mengembangkan bisnis keluarga. Lulusan fakultas seni Universitas Harvard ini kini memegang kekayaan sebesar US$ 9,5 miliar. Alejandro memang baru menjadi salah satu orang terkaya dunia, setelah ayahnya, Julio Mario Santo Domingo Pumarejo meninggal Oktober 2011 lalu. Tentunya sang ayah bukan tanpa alasan mewariskan kekayaan sebesar US$ 9 miliar kepada Alejandro, yang merupakan anak tertua dari perkawinan kedua. Alejandro disebut-sebut memiliki ciri sebagai pebisnis, rasional analitis, investor cermat, dan pemodal yang fokus dan detil. "Dari ayah saya belajar, dari banyak hal lainnya, yang penting adalah fokus pada bagaimana bisnis bisa menghasilkan, yaitu hati-hati, berani mengambil dan mengukur risiko," ujarnya seperti mengutip Columbia Reports.
Alejandro Davila: Mengasah insting bisnis (2)
Kendati terbilang masih muda, yakni di usia ke-35, kemunculan Alejandro Santo Domingo Davila sebagai penerus bisnis keluarga patut diperhitungkan. Jauh sebelum mewarisi kekayaan ayahnya, dia sudah berkecimpung dalam bisnis untuk menopang kekayaan keluarga. Pengalamannya dipercaya menjadi bekal mempertahankan dan mengembangkan bisnis keluarga. Lulusan fakultas seni Universitas Harvard ini kini memegang kekayaan sebesar US$ 9,5 miliar. Alejandro memang baru menjadi salah satu orang terkaya dunia, setelah ayahnya, Julio Mario Santo Domingo Pumarejo meninggal Oktober 2011 lalu. Tentunya sang ayah bukan tanpa alasan mewariskan kekayaan sebesar US$ 9 miliar kepada Alejandro, yang merupakan anak tertua dari perkawinan kedua. Alejandro disebut-sebut memiliki ciri sebagai pebisnis, rasional analitis, investor cermat, dan pemodal yang fokus dan detil. "Dari ayah saya belajar, dari banyak hal lainnya, yang penting adalah fokus pada bagaimana bisnis bisa menghasilkan, yaitu hati-hati, berani mengambil dan mengukur risiko," ujarnya seperti mengutip Columbia Reports.