KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alfa Energi Investama Tbk (
FIRE) bakal memperbesar porsi penjualan batubara hasil produksi dalam penjualan batubara pada tahun depan. Dalam estimasi perusahaan, komposisi penjualan batubara hasil produksi perusahaan kemungkinan akan ditingkatkan hingga di atas 50% dalam komposisi penjualan batubara perusahaan, sisanya barulah penjualan batubara dari pihak ketiga (trading). Direktur Utama FIRE Aris Munandar mengatakan, pihaknya berniat mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) guna mendukung rencana ini. Aris tidak merinci, berapa persisnya rencana volume produksi batubara yang ingin diajukan dalam permohonan RKAB tersebut.
“Kami mau (mengajukan) RKAB nanti bulan November atau awal Desember,” kata Aris kepada Kontan.co.id, Rabu (13/10).
Baca Juga: Harga batubara masih panas, Alfa Energi (FIRE) perbesar porsi produksi sendiri Seperti diketahui, selain menjalankan usaha trading dengan menjual batubara dari pihak ketiga, FIRE juga menjalankan usaha pertambangan batubara melalui anak usaha perusahaan, yakni PT Alfara Delta Persada. Entitas anak usaha yang telah beroperasi secara komersial sejak tahun 2006 itu memiliki izin usaha pertambangan (IUP) sebanyak 2.089 hektar di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Menurut penjelasan Aris, niatan untuk memperbesar porsi batubara hasil produksi sendiri didasarkan pada tren harga batubara yang tinggi. Pasalnya, usaha pertambangan batubara, yakni usaha menjual batubara dari hasil tambang sendiri memiliki marjin laba yang lebih besar dibanding usaha perdagangan alias trading batubara dari pihak ketiga. Dalam catatan Aris, biaya produksi batubara biasanya bersifat flat. Kalaupun berfluktuasi gara-gara kenaikan harga solar, biasanya peningkatan biaya produksinya hanya berkisar 10%-15%. Sementara itu, harga batubara dari pihak ketiga umumnya memiliki kenaikan yang sejalan dengan kenaikan harga batubara global sehingga marjin usahanya cenderung menjadi lebih kecil saat harga meninggi. Makanya, ketika harga batubara sedang kurang baik, biasanya komposisi penjualan batubara FIRE terdiri atas penjualan batubara dari pihak ketiga sekitar 70% lalu penjualan batubara hasil produksi sendiri sekitar 30%. Nah, belakangan harga batubara sedang tinggi-tingginya. Mengutip Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak November 2021 berada di level US$ 225,75 per ton pada Jumat (8/10). Angka ini menguat 183,07% jika dihitung dari harga penutupan tahun 2020 di level US$ 79,75 per ton.
Aris optimistis, harga batubara masih akan terus baik ke depannya. “Saya rasa untuk 6 bulan kedepan setidaknya, demand masih diatas supply karena value chain-nya broken dalam arti, kontraktor sekarang juga kekurangan alat untuk menaikkan produksi,” tutur Aris. Sepanjang tahun ini, FIRE membidik penjualan neto sekitar Rp 1 triliun. Pada sepanjang paruh pertama tahun ini, FIRE telah membukukan penjualan neto sebesar Rp 510,02 miliar, tumbuh 2,25% dibanding realisasi penjualan neto periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 498,76 miliar. Dari hasil penjualan itu, FIRE mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 9,04 miliar di semester I 2021, naik 51,60% dari realisasi laba bersih semester I 2020 yang sebesar Rp 5,96 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat