KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) meminta agar anjloknya ranking Indonesia dalam Index Performance Logistics (LPI) yang dirilis World Bank dijadikan sebagai acuan untuk berbenah, daripada hanya sekedar jadi polemik. Apalagi laporan LPI World Bank hanya bersifat persepsi berdasarkan hasil survey melalui metode tertentu sehingga tidak perlu terlampau dirisaukan. Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, saat ini yang penting diperhatikan adalah komitmen perbaikan sektor logistik dan bagaimana fokus Indonesia menjaga pertumbuhan ekonomi untuk mencapai program Indonesia Emas pada 2045.
"Pemerintah saat ini sudah on the track dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Jadi kita tidak perlu risau berlebihan dengan persepsi LPI World Bank itu, " ujar Yukki dalam keterangan resminya, Selasa (25/7).
Baca Juga: Kinerja Emiten Transportasi dan Logistik Diprediksi Positif pada Semester II Dia mengatakan, konsentrasi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi nasional itu setidaknya dapat dilihat pada sejumlah indikator utama, yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi pada kuartal II. Selain itu, daya beli masyarakat hingga kini juga masih cukup baik, dan belanja pemerintah terjaga, serta investasi yang ditargetkan baik itu PMA maupun PMDN tercapai. Yukki menambahkan, dengan tingkat inflasi yang masih dibawah 5%, daya tarik Indonesia bagi Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) masih prospektif. "Disamping itu, program hilirisasi industri oleh Pemerintah juga telah membuahkan hasil sehingga mendorong investasi yang pada akhirnya pertumbuhan ekonomipun terjadi bukan hanya di Jawa tetapi juga di luar pulau Jawa," tuturnya.
Baca Juga: Peringkat Logistik Indonesia Anjlok, Luhut Pertanyakan Laporan Bank Dunia Selain itu, secara geografi dan karakteristiknya, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibandingkan dengan negara lainnya dalam kaitan sistem logistik nasionalnya, apalagi jika survey LPI hanya mengakomodir untuk beberapa komoditi saja. Menurut Yukki, Pemerintah sudah melakukan banyak hal dalam membenahi sistem logistik nasional,termasuk mengatur bagaimana yang menyangkut trafik dan produktivitas, digitalisasi, transformasi pelaku usaha di dalam negeri, hingga mendorong pertumbuhan investasi di sektor tersebut. Yukki juga menegaskan berdasarkan indikator dan data, bahwa tingkat kepercayaan investor terhadap Indonesia, terus membaik. Kementerian Investasi/BKPM, mencatat realisasi investasi selama semester pertama tahun ini mengalami peningkatan 16,1% dibanding dengan pencapaian periode tahun lalu. Meskipun laporan World Bank soal LPI Indonesia itu hanya sebagai persepsi, namun ALFI mendukung langkah Kementerian Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) melakukan upaya meminta klarifikasi World Bank atas survey LPI yang dirilisnya lantaran dinilai tidak fairnes.
Baca Juga: Jaga Pertumbuhan Ekonomi, BI Diramal Akan Tahan Suku Bunga Lagi Yukki menegaskan, ALFI sebagai asosiasi pelaku usaha di sektor logistik tidak terlibat dalam wawancara survey oleh World Bank itu. Padahal pada tahun 2015 dan 2018 pernah di wawancarai perihal LPI tersebut.
Sebagaimana diketahui, World Bank telah merilis bahwa logistics performance index (LPI) Indonesia menempati peringkat ke 63 dari total 139 negara yang dikaji dengan skor LPI 3,0. Catatan tersebut mengalami penurunan 17 peringkat dibandingkan pada 2018 saat Indonesia menduduki urutan ke-46 dengan skor LPI 3,15. Kinerja LPI itu dihitung berdasarkan enam dimensi, yakni customs, infrastructure, international shipments, logistics competence and quality, timelines, dan tracking & tracing. Terbitan LPI oleh World Bank yang dirilis 21 April 2023 itu merupakan penyajian data yang dikumpulkan dari 139 negara pada paruh kedua tahun 2022, atau lebih sedikit ketimbang LPI tahun 2018 yang mencapai 160 negara. Namun pada tahun 2020, Bank Dunia tidak merilis LPI. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk