KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) melihat potensi investasi di sektor industri logistik Tanah Air masih sangat besar. Hal ini tak lepas dari peren vital sektor ini sebagai tulang punggung perdagangan Indonesia. Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menilai bahwa investasi asing masih diperlukan melalui skema private public partnership atau kemitraan pemerintah swasta. "Peran investasi asing sangat penting mengingat bukan hanya investasi modal yang dibawa, tapi teknologi serta experience juga bisa dibawa dalam melahirkan ekosistem logistik yang baik dan benar," kata dia dalam keterangan resminya, Selasa (7/5).
Baca Juga: Tingkatkan Kualitas SDM, TMMIN Gelar Kontes Keahlian Logistik Menurutnya, diperlukan kepastian dan kemudahan berusaha untuk menarik investor asing dan juga harus ada kolaborasi dengan pengusaha nasional, Misalnya, memberikan hak konsesi dan skema-skema win-win solusi yang pasti, berdampak luas, serta berkelanjutan bagi ekonomi nasional. Ia mengatakan, investasi asing perlu didorong pada proyek-proyek jumbo yang tidak tidak cukup dibiayai APBN dengan insentif. Selain juga tetap memperhatikan penanaman modal asing yang sudah lebih dulu masuk. Sebagai contoh, DHL, salah satu perusahaan logistik global, juga memperluas investasinya di Indonesia dengan tambahan 7% tenaga kerja pada tahun 2021 dan pertumbuhan 13,5% pada 2022. Perusahaan ini berencana mengalokasikan 25 juta Euro untuk penggantian armada dan pembangunan empat fasilitas baru termasuk gateway di Surabaya dan Denpasar serta pusat layanan di Bekasi dan Tangerang. Selain itu, DHL Supply Chain juga dikabarkan akan berinvestasi 25 juta Euro untuk fasilitas baru seluas 40.000 meter persegi di Cikarang yang berfokus pada keberlanjutan. Ini menandai komitmen DHL terhadap pertumbuhan dan keberlanjutan di Indonesia.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Memanas, ALFI Bakal Perkuat Jalur Logistik Nasional Di sisi lain, terdapat berbagai tantangan dalam sektor logistik Indonesia. Pertama, kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat distribusi barang melalui jalur laut, udara, dan darat menjadi cukup rumit dan kompleks. kedua, ketimpangan infrastruktur antara Jawa dan pulau-pulau lainnya juga menjadi kendala serius untuk para pemain logistik. Tantangan sektor logistik ini terlihat dari penurunan skor Logistic Performance Index (LPI) Indonesia yang diterbitkan oleh World Bank. Menurut Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI), LPI 2023 menempatkan Indonesia pada peringkat 63 dari 139 negara, turun dari peringkat 64 pada tahun 2018. Penurunan peringkat menunjukan adanya masalah dalam efisiensi, keandalan, dan ketersediaan infrastruktur logistik di Indonesia.
“Hadirnya berbagai investor, termasuk asing dan domestik, diharapkan mampu mengatasi berbagai tantangan logistik dan juga turut memulihkan peringkat LPI Indonesia.” ujar Akbar. Sementara itu, Senior Consultant Supply Chain Indonesia, Zaroni, menilai bahwa kebutuhan investasi infrastruktur logistik menghadapi keterbatasan, baik teknologi maupun sumber pendanaan. Dalam konteks ini, investasi asing diperlukan untuk mengatasi mengatasi keterbatasan tersebut. “Investasi asing dalam infrastruktur logistik akan mendorong perusahaan-perusahaan asing sebagai pengguna infrastruktur logistik untuk mengembangkan pasar di Indonesia melalui investasi pembangunan manufaktur di berbagai sektor industri," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk