KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyampaikan kendati bisnis logistik potensinya besar, ternyata profit pemain logistik tidak besar. Pasalnya dari 24% total kontribusi bisnis logistik terhadap GDP hanya sebagian kecil saja yang bisa digenerate menjadi keuntungan. Zaldy Ilham Masita, Chairman ALI menyebut saat ini perusahaan logistik masih terkendala tarif pelabuhan dan bandara yang tinggi. Belum lagi banyaknya pungutan liar yang terjadi, sehingga membuat cost logistik semakin mahal. Baca Juga: Riset: Bisnis logistik domestik tahun depan bakal tembus US$ 80 miliar "Pelabuhan dan bandara jangan ambil keuntungan yang besar. Pelindo dan Angkasa Pura itu untungnya gede bener, setiap keuntungan mereka itu cost logistic buat kami," ujarnya di Jakarta, Rabu (11/12) Belum lagi tarif selalu meningkat setiap dua tahun yang membuat semakin berat. Padahal menurutnya profit marjin yang ideal bagi pengelola pelabuhan dan bandara sebaiknya tidak lebih dari 3%. Sehingga ongkos logistik bisa ditekan serta tarif ke masyarakat juga bisa menyesuaikan. "Yang harus dilihat itu ada batas, bahwa infrastruktur yang membuat perdagangan lebih efisien itu jangan cari untung yang sebesar-besarnya," lanjutnya. Belum lagi permintaan terbesar dari perusahaan e-commerce juga kerap meminta perlaku logistik membakar uang bersama-sama dengan program free ongkir. Sehingga menurutnya saat ini pemain di sektor logistik belum bisa memanfaatkan potensi yang besar. Baca Juga: ALI: Perusahaan asing sasar investasi ke Kurir Ekspres "Kalau inefisiensi di logistik tidak beres ya Indonesia tidak akan leuar dari middle income trap karena biaya trading dan industri habis di cost logistic. 24% kontribusi dari logistik siapa yang untung, tidak ada itu cost yang menguat orang perusahaan logistik juga profitnya tidak tinggi," tutupnya.?
ALI: Profit pemain logistik tertekan tarif pelabuhan dan bandara
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyampaikan kendati bisnis logistik potensinya besar, ternyata profit pemain logistik tidak besar. Pasalnya dari 24% total kontribusi bisnis logistik terhadap GDP hanya sebagian kecil saja yang bisa digenerate menjadi keuntungan. Zaldy Ilham Masita, Chairman ALI menyebut saat ini perusahaan logistik masih terkendala tarif pelabuhan dan bandara yang tinggi. Belum lagi banyaknya pungutan liar yang terjadi, sehingga membuat cost logistik semakin mahal. Baca Juga: Riset: Bisnis logistik domestik tahun depan bakal tembus US$ 80 miliar "Pelabuhan dan bandara jangan ambil keuntungan yang besar. Pelindo dan Angkasa Pura itu untungnya gede bener, setiap keuntungan mereka itu cost logistic buat kami," ujarnya di Jakarta, Rabu (11/12) Belum lagi tarif selalu meningkat setiap dua tahun yang membuat semakin berat. Padahal menurutnya profit marjin yang ideal bagi pengelola pelabuhan dan bandara sebaiknya tidak lebih dari 3%. Sehingga ongkos logistik bisa ditekan serta tarif ke masyarakat juga bisa menyesuaikan. "Yang harus dilihat itu ada batas, bahwa infrastruktur yang membuat perdagangan lebih efisien itu jangan cari untung yang sebesar-besarnya," lanjutnya. Belum lagi permintaan terbesar dari perusahaan e-commerce juga kerap meminta perlaku logistik membakar uang bersama-sama dengan program free ongkir. Sehingga menurutnya saat ini pemain di sektor logistik belum bisa memanfaatkan potensi yang besar. Baca Juga: ALI: Perusahaan asing sasar investasi ke Kurir Ekspres "Kalau inefisiensi di logistik tidak beres ya Indonesia tidak akan leuar dari middle income trap karena biaya trading dan industri habis di cost logistic. 24% kontribusi dari logistik siapa yang untung, tidak ada itu cost yang menguat orang perusahaan logistik juga profitnya tidak tinggi," tutupnya.?