Aliansi GAVI desak negara-negara yang belum gabung di fasilitas vaksin corona COVAX



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Aliansi global GAVI mendesak negara-negara yang belum menandatangani fasilitas vaksin virus corona baru COVAX untuk bergabung, dalam upaya membantu membiayai vaksin untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Kepala GAVI Seth Berkley saat berpidato di sesi tingkat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, mengatakan, sebanyak 168 negara telah bergabung dengan COVAX, termasuk 76 negara kaya. 

"Saya mendesak negara lain yang ragu-ragu untuk segera bergabung dengan kami," katanya, Rabu (30/9), seperti dikutip Reuters.


Baik China, Rusia, maupun Amerika Serikat belum bergabung dengan COVAX, meskipun pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, mereka masih mengadakan pembicaraan dengan Tiongkok.

Baca Juga: Bank Dunia siapkan US$ 12 miliar untuk sediakan vaksin virus corona ke negara miskin

"Industri farmasi harus mengetahui, ada pasar terkonsolidasi yang sangat besar yang kami berikan kepada mereka," ujar Berkley.

"Kami perlu mengamankan US$ 2 miliar untuk komitmen pasar lebih awal pada Desember 2020 untuk memastikan reservasi dosis vaksin Covid-19 untuk 92 negara berpenghasilan rendah, dan setidaknya US$ 5 miliar lagi untuk mengamankan ini pada 2021," kata Berkley.

COVAX dipimpin bersama oleh GAVI, WHO, dan Koalisi CEPI untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi. Tujuannya, untuk memberikan 2 miliar dosis vaksin virus corona yang efektif dan disetujui pada akhir 2021.

Indonesia yang sudah bergabung masuk kategori Advanced Market Commitment (AMC) pada COVAX Facility. Dengan begitu, Indonesia mendapat jaminan akses terhadap vaksin Covid-19 yang terjangkau dan berkualitas untuk 20% populasi berisiko pada akhir 2021. 

Selanjutnya: Putin menyatakan niatnya untuk mendapat vaksinasi virus corona, kapan?

Editor: S.S. Kurniawan